Aaargh, aku melewatkannya lagiii...
Dihari dimana kau meminta nomorku, aku masih ragu kau benar2 akan menghubugiku.
"kalau hanya meminta untuk kemudian kau hapus, maka lebih baik tidak perlu", begitu saja jawabanku senja itu.Namun kau berjanji untuk menghubungiku, dan aku masih tak mempercayainya setelah sekian lama asmara kita ditikam badai dan remuk ditelan ombak.
"Aku tak menghapusnya, kau yang terus menerus menggangtinya, hingga aku kesulitan untuk menghubungimu!"
"Untuk apa menghubungiku??", kau tau keketusanku adalah salah satu dari proteksi diriku agar tak terlena kembali oleh segala keindahan bola matamu.
Kau tak menjelaskannya padaku dengan rinci, yang ku ingat kau hanya ingin sewaktu2 dapat menghubungiku. dan baiklah, (jujur saja) memang itu yang ku tunggu2 darimu!
dan pagi ini, untuk ketiga kalinya aku terbangun dengan perasaan yang entah menggebu, entah penasaran, atau entah kesal karena otakku mulai mempermain2kan hatiku. semua bercampur aduk!
Satu lagi panggilan tak terjawab. 00.27!
Aaaah, mengapa aku terlalu cepat terlelap, barangkali kau menelpon ditengah kesepianmu dan menginginkan seseorang untuk kau berbagi. Atau jangan2 kau tengah galau dan menginginkan seseorang untuk mendengar kisahmu?!!! Hmm, atau (kemungkinan yang untuk kubayangkan saja membuatku merinding) bisa jadi kau mulai merindukan telpfon2 malam kita terdahulu dan suaraku yang manja kekanakan yang selalu kau tertawakan.
Lalu apa? Aku tak tau harus bagaimana. Berbuat apa? Menelfon kembali? Membiarkannya saja? Tapi aku penasaran, dan lelah menebak2 keinginanmu. Apa harus ku kirimkan saja sebuah pesan untukmu? harus seperti apakah bunyinya?
"Ada apa?", "Semalam telfon? Kenapa?", "may I help you?", "kenapa nelfon?sori ketiduran", "whatz up?!!",........
aduh, kenapa semuanya menjadi tak pantas? "ada apa" terkesan terlalu singkat dan tegas, ada sedikit ketus didalamnya. "Semalam telfon, kenapa?", terkesan terlalu berharap untuk dihubungi kembali degan sedikit bumbu penyesalan karena tidak menjawabnya. "may I help you?", murahan!! "kenapa nelfon?sori ketiduran!", ah ketahuan sekali, sedikit tegas, tapi 'ngarep'!!! "whatz up?!",..hmm, yang ini terlalu sok asik dan sok akrab, padahal kita sudah terlalu lama tidak berkomunikasi dengan cara itu.
Dan akhirnya...
Satu lagi panggilan tak terjawab darimu terabaikan begitu saja. Bukan karena aku tak menanggapinya, akan tetapi fikiran2ku terlalu sibuk, dan ini menyita waktuku hingga disaat aku menemukan solusinya, salah satu saraf diotakku mengatakan "bukannya ini sudah siang?sudah terlalu terlambat untuk membalas sebuah miscall dimalam hari". dan beginilah, aku kembali diam dan otakku kembali membeku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H