Bisakah individu-individu autistik seperti saya mendapatkan pacar, lalu menikah dan berkeluarga? Karena seperti individu normal lainnya, saya juga mau berpacaran, dan bila Allah mengizinkan, menikah dan memiliki keluarga.Â
Tapi bagaimana mencari pacar? Apa yang dilakukan pada saat berpacaran? Hal-hal apa yang harus saya perhatikan bila saya memilih cowok untuk menjadi pacar? Tidak disangka pertanyaan-pertanyaan saya mendapatkan jawaban di salah satu film serial Netflix yang berjudul Love on the Spectrum.
Love on the Spectrum intinya merupakan serial dokumenter empat bagian yang mempunyai partisipan individu dewasa autistik. Dalam serial dokumenter ini ditampilkan kisah-kisah mereka di dunia cinta, kencan, dan hubungan yang tidak terduga.Â
Tujuan dibalik pembuatan serial dokumenter ini amatlah mulia, yaitu untuk meluruskan kesalahpahaman tentang individu autistik yang dianggap tidak dapat mempunyai hubungan cinta yang bermakna. (Sumber: Dailysia).
Pembuatan serial dokumenter ini berlokasi di Australia. Perusahaan yang membuat dokumenter ini adalah Northern Pictures selama periode 2019. Awalnya tayang di ABC, lalu Netflix mendapat giliran menayangkan acara ini ketika pandemi corona masih berlangsung.
Dalam serial dokumenter ini, individu dewasa autistik yang terlibat adalah mereka yang berusia antara 20 sampai dengan 30 tahun dengan spektrum autis ringan.Â
Artinya, mereka mampu berpikir dan berperilaku mengikuti aturan dan norma yang berlaku di masyarakat, atau mereka dikategorikan sebagai individu penyandang High Function Autism Disorder (HFDA) dan Asperger.Â
Kebanyakan yang ikut acara ini laki-laki, tapi ada juga perempuan. Beberapa dari mereka sudah bekerja kantoran dan menjadi pemain di teater khusus buat individu autistik.Â
Masing-masing punya keunikan, seperti menari, main piano, dan berbahasa Jepang. Sebagian besar mereka masih tinggal bersama orangtua, namun ada juga yang hidup mandiri di apartemen. Tiap-tiap orang berbeda-beda dalam sifat kemandirian.Â
Kesulitan paling utama bagi beberapa partisipan di acara itu adalah sosialisasi, karena memang yang selalu menjadi masalah bagi individu autistik adalah proses interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosialnya.Â
Oleh karena itu, di acara ini para partisipan mendapatkan pendampingan dan terapi dari psikolog dan terapis yang membantu dan memberikan pelatihan.Â