Mohon tunggu...
Fairuz Izzah
Fairuz Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fairuz Nurul Izzah. Lahir tahun 2000. Berdomisili di Jakarta.

Lulusan Universitas Terbuka jurursan Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan Pengidap Sindrom Asperger Sudah menulis 6 buku

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Love On the Spectrum, Individu Autistik Mencari Cinta Sejati

23 Agustus 2020   18:12 Diperbarui: 24 Agustus 2020   21:53 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fastcompany.com Love on the Spectrum merupakan serial dokumenter yang menampilkan kisah-kisah cinta, kencan, dan hubungan yang tidak terduga para partisipan yang merupakan individu dewasa autistik .| Sumber: ABC

Dua di antara pendamping yang terlibat adalah Jodi Rodgers dan Dr. Elizabeth Laugeson. Jodi mengajar cara bersosialisasi lewat gambar, lalu mengajak individu autistik bermain peran sehingga ia bisa mengoreksi langsung kesalahan yang dibuat. Sementara itu, Dr. Elizabeth membuat lokakarya khusus untuk individu dewasa autistik. 

Dalam lokakarya itu, ia memberikan tips cara memilih orang yang tepat untuk diajak berkencan, contoh-contoh berkencan dan mengajak para peserta bermain peran. 

Salah satu contoh cara berkencan adalah kita tidak boleh terlalu banyak bertanya dan langsung ke pertanyaan personal seperti keinginan punya anak atau tidak, tapi kita harus juga memberikan kesempatan untuk kencan kita bertanya mengenai diri kita. Hal ini terkadang sulit dilakukan individu autistik seperti saya, oleh karena itu ini menjadi catatan penting buat saya.

Love on the Spectrum juga memasukan kegiatan lain untuk mempertemukan para individu autistik yang ingin berkenalan dengan lawan jenisnya, yaitu speed dating---kegiatan bertemu dan mengobrol untuk saling kenal dan mencari tahu persamaan minat. 

Acara semacam ini tidak umum di Indonesia karena saya tidak pernah tahu kegiatan semacam ini. Tapi kegiatan ini menarik karena kita tidak perlu berlama-lama bicara dengan seseorang. 

Kita cukup tahu beberapa hal saja mengenai orang itu, lalu memilih dengan siapa kita ingin bertemu di lain waktu (kencan). Setelah itu, oleh penyelenggara speed dating kita dipertemukan di suatu tempat - bisa restoran, kebun binatang, atau taman bermain. 

Lalu kita diberikan kesempatan untuk berkenalan lebih dalam, dan di akhir pertemuan, kita bisa menentukan apakah kita tertarik untuk bertemu lagi dengan orang itu atau tidak. 

Untuk orang normal yang menonton kencan ini, seperti mama saya, apa yang dilakukan para pasangan ini sangat menarik sekaligus mengharukan. Karena menurut beliau, kencan adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang lajang. 

Tapi di kencan ini, pada dewasa autistik berusaha keras untuk bisa mengendalikan diri mereka agar orang yang diajak kencan merasa nyaman. Tujuan para dewasa autistik untuk mendapatkan pasangan adalah tulus, tanpa pretensi. Sedangkan saya baru tahu apa itu kencan dan tujuannya berkencan.

Namun tidak semua partisipan perlu pelatihan, karena ada dua pasangan yang sudah melewati proses menemukan pasangan. Bahkan pasangan-pasangan itu sudah berpacaran lama. 

Mereka saling mencintai dan punya keinginan untuk menikah. Satu pasangan melakukan lamaran, dan ini buat saya sangat senang. Acara melamar ini adalah bagian favorit saya di dokumenter ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun