Sekalipun ada hal yang lucu karena si pria tidak suka berciuman. Saya hanya membayangkan bagaimana ia akan bermesraan dengan pacarnya kalau tidak suka dicium dan mencium.
Sambil menonton, saya belajar bagaimana cara para individu autistik itu mencari pacar, hal-hal yang perlu dicatat untuk menentukan orang seperti apa yang layak menjadi pacar dan yang harus dihindari, lalu cara berperilaku saat berkencan.Â
Saya rasa hal-hal ini perlu untuk individu dewasa autistik di Indonesia, karena setelah lulus SMA atau kuliah, lalu bekerja, pasti ada keinginan untuk mempunyai pasangan untuk dijadikan pacar dan dinikahi sampai punya keluarga sendiri.Â
Hambatan pasti ada, karena biasanya individu autistik sulit menerima perubahan dalam hidup mereka. Namun seperti saya, kalau hal baru itu diperkenalkan lebih dahulu, lama-kelamaan mereka bakal terbiasa dengan hal baru tersebut.
Setelah menonton serial dokumenter ini, menurut saya, alangkah menyenangkan bila ada yayasan atau komunitas pemerhati autisme di Indonesia menyelenggarakan lokakarya atau workshop mengenai hal-hal seputar berpacaran dan menikah buat individu dewasa autistik.Â
Beberapa dari kami, para dewasa autistik - seperti saya, dengan keunikan yang kami miliki, punya naluri yang sama dengan dewasa lainnya. Kami ingin mempunyai teman berbagi suka-duka, bahkan kalau memang ada jodoh, kami menikah dan membentuk keluarga.Â
Buat para orangtua, kerabat dan guru para individu autistik, tontonlah Love on the Spectrum. Ini bisa membuka wawasan Anda semua, lalu memberikan kesempatan dan pendampingan yang tepat. Siapa tahu, anak, saudara atau murid Anda bisa menemukan cinta sejati yang pantas untuk dinikahi dan hidup bahagia sampai akhir hayat.
Sementara buat teman-teman saya sesama penyandang autis, jika ingin mencari pasangan, mulailah dengan belajar berinteraksi dan berteman. Akan lebih mudah bila pasangan kita adalah sesama autistik karena kita sama-sama tahu kondisi kita.Â
Namun jika berhubungan dengan individu normal, bersabarlah, tapi yang terpenting, ia harus tahu dan bisa menerima kondisi kita. Lalu bersama-sama berusaha saling beradaptasi.Â
Jangan lupa berdoa pada Tuhan untuk memudahkan usaha kita. Prosesnya mungkin lama, tapi kita harus berani memulai. Mari kita berjuang bersama-sama.
******