Beberapa karya Arkoun yang dapat menjadi rujukan untuk pemahaman lebih lanjut tentang pandangannya terhadap Alquran dan wahyu antara lain:
- "The Unthought in Contemporary Islamic Thought" (1982): Karya ini merinci kritik Arkoun terhadap cara tradisional memahami Islam, termasuk tafsir Alquran. Dia menyoroti kebutuhan untuk berpikir kritis dan mengembangkan interpretasi yang lebih kontekstual.
- "Rethinking Islam: Common Questions, Uncommon Answers" (1994): Dalam buku ini, Arkoun mendiskusikan konsep-konsep kunci dalam Islam, termasuk wahyu, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong pembaca untuk merenung secara mendalam.
- "The Concept of Revelation between Science and Religion" (1982): Karya ini mengeksplorasi konsep wahyu dalam perspektif ilmiah dan keagamaan. Arkoun mencoba untuk menyelidiki cara mengintegrasikan pemahaman wahyu dengan pemikiran ilmiah modern.
- "Islam, Europe, and the West: Meanings at the Crossroads" (2010): Dalam buku ini, Arkoun mengulas dinamika hubungan antara Islam, Eropa, dan Barat. Pemikirannya tentang dialog antarbudaya dan bagaimana Alquran dapat diartikan dalam konteks ini menjadi sorotan.
- "La Pensée Arabe" (2003): Buku ini tidak hanya membahas pemikiran Arab secara umum, tetapi juga mencakup pandangan Arkoun terhadap Alquran dan wahyu dalam kerangka pemikiran Islam kontemporer.[16]
Kesimpulan
Pemahaman Muhammad Arkoun tentang wahyu dan Alquran mencerminkan pendekatan yang kritis dan kontekstual dalam menafsirkan teks suci Islam. Salah satu poin sentral dalam pemikirannya adalah penekanan pada pentingnya memahami Alquran dalam konteks sejarah, budaya, dan bahasa. Arkoun berpendapat bahwa untuk meraih pemahaman yang mendalam terhadap wahyu, kita perlu memperhitungkan situasi di mana pesan tersebut diungkapkan.
Kritiknya terhadap pendekatan literalis dan dogmatis dalam memahami Alquran membuka jalan bagi interpretasi yang lebih terbuka dan dinamis. Ia mengajak untuk melepaskan diri dari pemahaman yang kaku dan memandang teks suci secara lebih luas, melibatkan dimensi linguistik, sastra, dan kontekstual. Pengenalan pendekatan hermeneutik dalam kajian Alquran juga menjadi kontribusi berarti, menekankan interpretasi yang mendalam dan dinamis terhadap teks suci.
Arkoun mengkritik tafsir tradisional yang cenderung bersifat otoriter dan terlalu menetapkan satu pemahaman tunggal terhadap Alquran. Pemikirannya merangsang kebebasan berpikir dan penafsiran yang lebih bervariasi, memotivasi umat Islam untuk mengembangkan pemahaman yang lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan zaman. Konsep-konsep Arkoun juga relevan dengan upaya menjadikan pemahaman Alquran relevan dengan konteks modern, membuka pintu untuk menjawab tantangan sosial, budaya, dan intelektual yang dihadapi oleh umat Islam.
Referensi
Abdullah, M. A. (2016). Kontribusi Ilmu Kalam/Filsafat Islam dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin, 13(2), 97-117.
Arrauf, I. F., & Miswari, M. (2018). Menangkap Pesan Tuhan: Urgensi Kontekstualisasi Alquran Melalui Hermeunetika. Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur'an dan Tafsir, 3(2), 223-236.
Baidhowi, M. A. (2013). Antropologi Al-Qur'an. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Budiono, A. (2015). Penafsiran Al-Qur'an Melalui Pendekatan Semiotika Dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun). MIYAH: Jurnal Studi Islam, 11(2), 281-306.
Sutrisno RS, M. H. I., & Faiz, M. F. (2021). Pembaharu Hukum Islam Kontemporer dan Gagasannya. Yogyakarta: Nusamedia.
Haitomi, F. (2019). Menimbang Hermeneutika Sebagai Mitra Tafsir. Nun: Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di Nusantara, 5(2), 45-69.
Â