Mohon tunggu...
Fairus Farizki
Fairus Farizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blogger

Lumos Maxima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perihal Jenakanya Mengajar dan Hubungannya dengan Minat Literasi di Indonesia

28 Maret 2021   13:08 Diperbarui: 28 Maret 2021   13:11 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum tentu bisa paham juga. Lebih baik cari referensi yg lain, yang bisa membuat cepat paham dan efektif dilakukan. Tugas harusnya membikin murid memahami, ini kok malah bikin murid njlimet toh gimana? Sekolah kok malah membatasi pikiran murid. Membatasi imajinasi murid. Membatasi kemampuan murid. Katanya pendidikan." Seperti itulah kurang lebihnya lontaran pertanyaan saya pada mereka. Memang agak sedikit nyeleneh, tapi jika dibiarkan saja, persoalan ini akan terus menjamur dan semakin sukar saja untuk diubah.

Seperti konsep yang Bapak Pendidikan Indonesia berikan ; Ki Hajar Dewantara. Beliau memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi "kebebasan" dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. 

Ki Hajar Dewantara berkomitmen kepada prinsipnya bahwa kemerdekaan berpikir, kemerdekaan bertindak, kemerdekaan berekspresi harus dijunjung tinggi, sebab itulah daya dan nyawa dari para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Dan menolak bentuk pengekangan berpikir, pengkerdilan tingkah laku, pemrosotan bernalar, sebab itulah parasit dan penyakit yang dapat memicu gagalnya tumbuh kembang para siswa. 

Jadi, berilah kebebasan kepada setiap para siswa dalam berpikir, berekspresi, bertindak dalam menempuh materinya, dalam menempuh belajarnya. Setiap murid itu kan mempunyai karakter berbeda-beda. Gaya belajarnya pun berbeda-beda. Ada yang lebih mudah paham jika dijelaskan oleh guru, ada yang lebih mudah memahami jika dengan membaca, melihat video, atau praktek langsung. 

Yah, seperti itulah siswa. Ia memiliki kemampuan dan keistimewaan masing-masing, dan tugas kita adalah mengembangkannya jangan mematahkannya. Dan untuk semua pelajar, kiranya hanya satu saja. Ingatlah pesan Buya Hamka ; "Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah".

Nah, apa pula hubungannya cerita saya dengan minat literasi seperti yang saya singgung di atas? Nah, inti dari uraian saya di atas adalah ; Kebebasan/Merdeka. Itulah mengapa ranking kita di dunia begitu merosotnya. Pikiran kita cenderung di wafat kan oleh sistem-sistem yang ada, baik sengaja maupun tak sengaja sekalipun. 

Menurut saya, kemampuan literasi pun harus didasari dengan kebebasan dan kemerdekaan kita dalam berekspresi. Apalagi melihat minat dan kesadaran masyarakat akan penting nya literasi sudah sedemikian meningkat, namun kita hanya stuck pada niat dan gairah saja, tak pernah ingin mencoba untuk mulai membaca, apapun itu. Jika berbicara mengenai kemerdekaan dan kebebasan dalam membaca, saya jadi ingat apa yang diutarakan oleh Mbak Nana (Najwa Shihab) ; "Hanya perlu satu buku untuk membuat kita jatuh cinta, cari buku itu, dan mari jatuh cinta". 

Carilah apapun buku kesukaanmu dan bacalah. Jika sudah mulai membaca, lalu hayatilah, tanami rasa ingin tahumu terhadap bacaan. Dan saya bisa jamin, kita akan segera bertemu dengan dimensi sakau kita terhadap apapun yang kita baca. Kuncinya, carilah buku kesukaanmu, mulailah baca dahulu, budayakan dahulu aktivitas membacamu, tak apa jika meradikalkan diri untuk memaksa membaca, lakukan itu secara berkesinambungan. 

Percayalah! Kita akan merasakan euforia yang tak pernah kita rasakan sebelumnya. Dan voila! Selamat kau akan menjadi pecandu dalam membaca. Yaaah! Semoga Minat Literasi di Negara kita semakin baik lagi untuk kedepannya. Aaamiiinnn.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun