PENDAHULUAN
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan pendekatan strategis dalam pengelolaan pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan pendidikan yang efektif, efisien, dan akuntabel dengan melibatkan semua komponen sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat (Depdiknas, 2007). Dalam implementasinya, guru memegang peran sentral karena mereka adalah penghubung langsung antara tujuan pendidikan dan siswa sebagai subjek pembelajaran.Â
Sebagai elemen kunci dalam MBS, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik dan profesional, tetapi juga harus mampu menjadi teladan dalam sikap dan perilaku. Menurut Rinto et al. (2021), istilah "guru" merupakan akronim dari "digugu" (disegani) dan "ditiru" (dicontoh), yang menunjukkan bahwa seorang guru harus memiliki karakter dan perilaku yang dapat diandalkan serta menjadi panutan bagi siswa. Hal ini penting karena guru berperan dalam pembentukan karakter dan akademik siswa yang akan menentukan masa depan mereka.Â
Penerapan etika profesi menjadi sangat krusial dalam mendukung keberhasilan MBS. Sebagai landasan moral dan perilaku, etika profesi guru mencakup prinsip-prinsip integritas, keadilan, profesionalisme, dan tanggung jawab sosial. Penelitian Ulumfadilah et al. (2024) menunjukkan bahwa pelaksanaan kode etik profesi guru berdampak positif pada peningkatan kualitas pembelajaran, hubungan antara guru dan siswa, serta kepercayaan orang tua terhadap sekolah.Â
Studi kasus di SDN Pandeglang 13 menyoroti pentingnya penerapan prinsip etika profesi dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendidik. Guru kelas 6, yang menjadi subjek penelitian, mempraktikkan berbagai pendekatan berdasarkan prinsip etika profesi. Contohnya, mereka menjaga integritas dengan selalu memberikan contoh perilaku positif di dalam maupun di luar kelas, bersikap adil terhadap semua siswa tanpa memandang latar belakang, dan menunjukkan profesionalisme dalam menjalankan tugas. Praktik-praktik ini sejalan dengan temuan Kuanine et al. (2023), yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika profesi guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bermartabat.Â
Selain itu, keterlibatan guru dalam MBS juga mencakup upaya meningkatkan hubungan dengan orang tua dan masyarakat. Guru di SDN Pandeglang 13 rutin mengadakan diskusi bersama orang tua saat pembagian rapor, memberikan masukan yang konstruktif terkait perkembangan siswa, dan melibatkan siswa dalam diskusi tersebut. Pendekatan ini mencerminkan pentingnya komunikasi dua arah antara guru dan orang tua untuk mendukung keberhasilan siswa, seperti yang diungkapkan oleh Shobibah dan Walidah (2021), bahwa kerja sama antara guru, siswa, dan orang tua adalah kunci dalam membangun karakter siswa yang kuat.Â
Dengan demikian, penerapan etika profesi guru dalam kerangka MBS bukan hanya menjadi landasan moral bagi guru, tetapi juga strategi yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Melalui kerja sama yang erat antara semua komponen sekolah, diharapkan tercipta lingkungan pendidikan yang mampu mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, kompeten, dan bertanggung jawab.Â
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menggambarkan penerapan etika profesi guru dalam mendukung Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di Salah Satu Sekolah Dasar di Pandeglang . Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:Â
- Dokumentasi
- Data utama berasal dari dokumen penelitian berjudul "Implementasi Etika Profesi Kependidikan di Salah Satu Sekolah Dasar di Pandeglang" yang berisi informasi mengenai penerapan prinsip etika profesi oleh guru kelas 6. Dokumen ini memuat observasi, wawancara, serta hasil analisis yang relevan dengan subjek penelitian.Â
- Wawancara
- Wawancara dilakukan dengan guru kelas 6 (Bu C) di Salah Satu Sekolah Dasar Negeri di Pandeglang . Dalam wawancara ini, Bu C memberikan pandangan mendalam tentang pentingnya prinsip etika profesi, tantangan yang dihadapi dalam mengelola kelas, serta pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan orang tua.Â
Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai praktik etika profesi guru dan relevansinya dalam kerangka MBS, berdasarkan data yang terkumpul secara langsung maupun melalui dokumen penelitian.Â
PEMBAHASAN
Penerapan etika profesi guru di salah satu sekolah dasar negeri di Pandeglang menjadi contoh nyata bagaimana prinsip-prinsip dasar seperti integritas, keadilan, profesionalisme, dan tanggung jawab sosial dapat mendukung Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Guru kelas 6, Bu C, berbagi pandangan dan pengalaman tentang pendekatan yang ia gunakan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sekaligus teladan bagi siswa.
- Cara Menjadi Guru yang Baik, guru harus memiliki sifat dan perilaku yang mencerminkan integritas, seperti selalu bersikap baik, sopan, dan ramah terhadap siswa, rekan kerja, serta orang tua murid. Penampilan juga menjadi bagian penting dari profesionalisme seorang guru. Menurut Bu C, guru perlu berpakaian rapi dan sopan karena penampilan mencerminkan kepribadian dan sikap profesional, yang dinilai tidak hanya oleh siswa, tetapi juga oleh kepala sekolah dan orang tua. Misalnya, memakai rok atau celana rapi yang sesuai dengan norma lingkungan kerja adalah pilihan yang direkomendasikan.Â
- Pengelolaan Kelas yang Efektif, dalam mengondisikan kelas, Bu C menggunakan pendekatan aktif untuk menarik perhatian siswa. Ketika suasana kelas mulai gaduh, ia memilih untuk memimpin dengan membaca sholawat bersama atau mengajak siswa menyanyi. Strategi ini lebih efektif dibandingkan berteriak karena mampu mengalihkan perhatian siswa dengan cara yang lebih positif. Guru harus menjadi inisiator dan bergerak terlebih dahulu untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan manajemen kelas yang baik memerlukan kreativitas dan kesabaran.Â
- Penilaian Siswa dan Pendekatan Personal, dalam memberikan nilai, guru menilai siswa berdasarkan kemampuan masing-masing, keaktifan, rajin, dan partisipasi mereka dalam kegiatan kelas. Bu C menegaskan bahwa siswa yang lebih aktif dan rajin mendapat nilai tambahan sebagai bentuk penghargaan atas usaha mereka. Penilaian ini dilakukan secara adil tanpa membedakan latar belakang siswa. Ketika seorang siswa mengalami kesulitan belajar, guru melakukan pendekatan personal dengan cara komunikasi tatap muka (face-to-face). Guru berusaha memberikan pemahaman dan menanyakan masalah yang dihadapi siswa secara langsung.Â
- Berkomunikasi dengan Orang Tua Murid, guru di salah satu sekolah dasar di Pandeglang memahami pentingnya membangun komunikasi yang baik dengan orang tua. Saat pembagian rapor, misalnya, orang tua dipanggil untuk berdiskusi mengenai perkembangan anak mereka. Dalam beberapa kasus, siswa juga diminta hadir untuk mendengarkan masukan langsung. Hal ini memungkinkan terciptanya transparansi antara guru, siswa, dan orang tua, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk memperbaiki diri. Komunikasi semacam ini juga diterapkan pada saat kenaikan kelas, di mana orang tua diajak untuk berdialog tentang kebutuhan dan perkembangan anak mereka.Â
- Kolaborasi dengan Rekan Guru, sesuai arahan kepala sekolah, guru di salah satu sekolah dasar negeri di Pandeglang saling berbagi informasi dan pengalaman melalui grup komunikasi internal. Hal ini membantu menciptakan lingkungan kerja yang kooperatif dan mendukung peningkatan kompetensi profesional. Dengan adanya forum berbagi ini, guru tidak merasa bekerja sendiri, melainkan menjadi bagian dari komunitas yang saling mendukung.Â
- Tantangan yang Dihadapi Guru, beban kerja yang tinggi menjadi tantangan utama yang dihadapi guru, seperti yang disampaikan oleh Bu C. Jadwal yang padat sering kali membuat guru merasa lelah dan kewalahan dalam memberikan perhatian penuh kepada setiap siswa. Selain itu, variasi karakter siswa di kelas menjadi tantangan tersendiri, terutama di kelas atas (kelas 5 dan 6), di mana siswa sering kali sulit diarahkan karena mulai menunjukkan perilaku yang lebih kompleks.Â
Melalui strategi-strategi kreatif, pendekatan personal, dan kerja sama dengan orang tua serta rekan guru, tantangan-tantangan ini dapat diatasi. Guru di salah satu sekolah dasar negeri di Pandeglang terus berupaya menjaga kualitas pembelajaran yang berbasis pada nilai-nilai etika profesi, yang sejalan dengan prinsip-prinsip MBS.Â
KESIMPULAN
Penerapan etika profesi di salah satu sekolah dasar di Pandeglang mendukung keberhasilan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), terutama dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, adil, dan profesional. Guru memainkan peran penting sebagai teladan bagi siswa serta penghubung utama antara sekolah dan orang tua. Dengan menjaga integritas, keadilan, dan profesionalisme, guru tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pembelajaran tetapi juga memperkuat karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa.Â
SOLUSI
- Pelatihan Etika Profesi Guru, mengadakan pelatihan rutin untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru dalam menerapkan nilai-nilai etika profesi. Pelatihan ini dapat mencakup aspek pengelolaan kelas, komunikasi efektif, dan strategi pembelajaran berbasis etika.Â
- Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif, mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif, seperti permainan edukatif, diskusi interaktif, atau aktivitas berbasis proyek, guna membantu guru mengelola kelas dengan karakter siswa yang beragam. Hal ini juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.Â
- Penguatan Komunikasi dengan Orang Tua dan Komunitas Sekolah, memperkuat komunikasi antara guru, siswa, dan orang tua melalui forum diskusi yang rutin diadakan. Misalnya, saat pembagian rapor, pertemuan kenaikan kelas, atau sesi konsultasi individu. Forum ini dapat menjadi ruang bagi orang tua dan guru untuk bekerja sama dalam mendukung perkembangan siswa.Â
- Kolaborasi Guru, meningkatkan kerja sama antar guru melalui grup diskusi atau komunitas pembelajaran guru. Dengan berbagi pengalaman dan strategi, guru dapat saling mendukung dalam menghadapi tantangan dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.Â
Dengan penerapan solusi ini, diharapkan kualitas pembelajaran di seluruh sekolah dasar di Pandeglang dapat terus meningkat, sejalan dengan tujuan MBS untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan berkarakter.Â
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep dan Implementasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kuanine, M. H., & Afi, K. E. Y. M. (2023). Upaya Guru Menciptakan Lingkungan Yang Nyaman Melalui Manajemen Budaya Sekolah Yang Positif. JMPK: Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen, 3(1), 01-14.
Rinto Alexandro, M. M., Misnawati, M. P., & Wahidin, M. P. (2021). Profesi Keguruan (Menjadi Guru Profesional). Gue.
Shobihah, I. F., & Walidah, P. Z. (2021). Interelasi Orangtua, Guru Dan Anak Dalam Membentuk Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Plus Darul Falah Jombang. Atthiflah: Journal of Early Childhood Islamic Education, 8(1), 22-29.
Ulumfadilah, A., Nurrohmah, A., Faiqoh, D., Karima, H., Dianingtyas, L., Siregar, M., ... & Hayani, A. (2024). PENGARUH DAN STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MELALUI IMPLEMENTASI KODE ETIK DAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI SD IT SAMAWI. Al-Mahira: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 18-24.
Dosen PGSD : Firdaus, M.Pd.
Mahasiswa : Fairish Hijriyah Firdaus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H