Mohon tunggu...
Faiqotussilvia
Faiqotussilvia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa aktif di Universitas Airlangga, jurusan S1 Keperawatan.

Selanjutnya

Tutup

Games

Mabar Asyik Tanpa Toksik

11 Desember 2024   19:09 Diperbarui: 11 Desember 2024   19:09 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Faiqotussilvia, Mahasiswa Universitas Airlangga

Melesatnya perkembangan IPTEK menjadi salah satu alasan lahirnya game online, menurut Andrew Rollings dan Ernest Adams, “game online adalah teknologi, bukan genre game, mekanisme untuk menghubungkan pemain, bukan model permainan tertentu”. Pada awalnya game online dikembangkan sebagai game edukasi, kemudian semakin bervariasi dan sekarang bisa dijadikan sarana bermain juga bersenang-senang.

Namun, tak semua perkembangan akan game online berdampak positif. Tetap harus ada orang tua yang mendampingi dan membekali anak-anaknya dalam bermain game online. Agar anak-anak tidak salah memilih game dan juga salah bergaul dengan pemain lain. Salah satu game yang sedang marak, yang tak hanya para anak-anak yang memainkan, melainkan remaja, dewasa sampai orang tua yakni Mobile Legends Bang-Bang. Mungkin game ini sudah tidak asing lagi didengar oleh semua kalangan.

Game online yang biasa disebut ML ini marak dimainkan semenjak munculnya virus terkenal di tahun 2019. Karena berlakunya kebijakan stay at home membuat orang-orang yang bosan di rumah menjadi tertarik memainkannya. Dlihat dari iklan, media sosial sampai brand ambassador yang rupawan dan ahli bermain, membuat orang-orang melirik game ini.

Melonjaknya jumlah pemain ML tak hanya memberikan dampak positif, seperti lebih pintar dalam menggunakan teknologi digital, memiliki kerjasama yang baik, menambah kosa kata baru serta meningkatkan kemampuan bersosialisasi dalam dunia digital. Ada juga dampak negatifnya. Dalam konteks penggunaan kosa kata, sekarang tak sedikit orang sering memakai bahasa yang kurang layak dalam game, bahkan sampai terbawa dalam bahasa sehari-hari. Kebiasaan maka kalimat toksik ini malah dianggap wajar bagi beberapa orang, dengan alasan menambah keakraban, terlihat lebih gaul, bahkan imbuhan untuk mengatakan sesuatu.

Tapi kita bisa mengurangi penggunaan kalimat toksik saat bermain loh, bahkan pengurangan kalimat toksik sedikit demi sedikit juga akan berpengaruh dengan bahasa yang akan kita gunakan bukan begitu?  Beberapa cara yang mungkin bisa kita terapkan yakni.

 1. Memilih Teman dan Menciptakan Tim Bermain

Dalam sebuah permainan pasti butuh beberapa role atau peran hero. Nah, kita bisa mencari teman yang sesuai dan menguasai role yang akan dimainkan. Jika tim kita lebih unggul dalam bermain dibandingkan musuh, maka tingkat kemenangan relatif tinggi. Sehingga meminimalisir kita untuk mengucap kata-kata toksik.

 

2. Membuat Challenge

Selain cara yang pertama, kita bisa mencoba dengan menambahkan challenge. Contohnya apabila kita terbunuh atau di kill oleh musuh. Kita tidak boleh berbicara toksik. Nah, apabila toksik maka akan diberi coretan dari bedak oleh teman-teman kita. Coretan yang paling banyak adalah yang kalah. Pastinya, kita tidak mau kalah dari pada teman kita bukan? Sudah kalah dalam game, apa mau kalah dalam challenge juga?

 

3. Memahami Permainan

Cara-cara di atas bisa kita lakukan apabila kita bermain dengan teman dekat. Tetapi, jika kamu termasuk solo player kamu bisa mencoba untuk memahami permainan terlebih dahulu. Kamu bisa berusaha untuk memiliki kemampuan dalam banyak role (tidak hanya bisa role itu-itu saja), menentukan strategi yang tepat dan cocok serta tidak gegabah dalam bermain. Agar kamu tidak bingung apabila role yang kamu kuasai telah diisi oleh orang lain. Jadi kamu lebih tahu fungsi atau kemampuan hero yang sedang kamu pakai. Dan mengurangi untuk cepat terbunuh dalam game, yang mana hal itu akan membuat kamu mengatakan kata-kata toksik apabila tak tahu fungsi dan kemampuan hero.

 

4. Meminta Dampingan Orang Tua

Kita juga bisa meminta dampingan orang tua, yakni untuk sekedar mengingatkan kita saat mengucapkan kata-kata toksik. Apabila kita bermain dengan dampingan orang tua, kita akan lebih menjaga tutur kata kita yakan? Pastinya kita malu mengucapkan kata kata yang kurang layak didepan orang tua kita.

5. Membatasi Waktu Bermain Game dan Mengisinya dengan Kegiatan yang Lebih Penting.

Nah, jika kamu sudah lelah sekali bermain dan menghadapi kekalahan terus-menerus. Alangkah lebih baiknya menyudahi permainan dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih penting, misalnya mengerjakan PR, membantu orang tua bahkan kita bisa melakukan hal yang lebih menyenangkan lainnya, seperti menyalurkan hobi kita.

Cara-cara tersebut dapat kita coba terapkan untuk mengurangi penggunaan kalimat yang tak pantas dalam permainan, agar tidak terbawa dalam kebiasaan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita ciptakan lingkungan bermain yang asyik, tanpa bahasa yang toksik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun