Gerhana dalam Sains
Gerhana adalah fenomen alam yang menarik untuk diamati dan dicermati yang rutin terjadi, secara umum fenomena gerhana ini adalah sebuah peristiwa antariksa yang terjadi akibat terhalangan cahaya dari sebuah sumber dari benda lainnya. Maka peristiwa gerhana merupakan tanda Kebesaran dan Keesaan Allah bagi orang-orang yang mau mempergunakan akalnya, sehingga kita bisa mengambil i'tibar dari setiap peristiwa dan kejadian lainnya disekitar.
Dalam fenomena gerhana ini dapat dijelaskan dalam dua pandangan, yakni Islam dan Sains, dari segi sains hal ini dapat dijabarkan secara mudah dan terukur, karna perkembangan zaman yang semakin canggih saat ini bisa memprediksi dan mengafirmasi segala kejadian-kejadian alam berdasarkan kacamata sains. Baik itu gerhana matahari yang terjadi ketika bulan berada diantara bumi dan matahari menyebabkan bayangan bulan menutupi permukaan bumi maupun gerhana bulan yang menjadi oposisi dari fenomen diatas.Â
Disiplin ilmu yang membahas permasalahan ini dalam pandangan sains adalah ilmu astronomi yang membahas segala benda-benda dilangit, walaupun ilmu ini memiliki cangkupan yang luas karna masih ada cabang ilmu dari astronomi seperti astrofisika yang mempelajari sifa-sifat fisika fenomena dan objek di jagat raya, walau terkadang penamaan astrofisika ini melebur dengan astronomi disaat ini, kemudian ada cabang ilmu kosmologi yang membahas hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta, asal-usul dan struktur dari ruang dan waktu yang saling berkaitan dengan alam semesta dengan filosofisnya.
Artinya secara sains fenomena alam ini dapat terakomodir secara terstruktur terlepas dari berbagai macam cabang ilmu yang ada. Di dalam peradaban Islam pun ada ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit yang dikenal dengan ilmu falak, walaupun ada sebagian kalangan yang membantah bahwa berbeda antara ilmu astronomi dan ilmu falak, karna astronomi mengkaji antariksa secara luas dan menyeluruh sedangkan ilmu falak hanya terbatas dalam mengkaji benda langit (matahari, bulan, masa edar) hanya untuk keperluan ibadah umat muslim semata. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ilmu falak hanyalah ilmu astronomi yang telah di islamkan, namun pernyataan inipun juga mendapatkan bantahan, bila falak hanya sebatas untuk ibadah semata lalu bagaimana dengan definisi yang telah Allah sampaikan di dalam Al-Qur'an?
Bila kita menelitik secara komprehensif lagi bahwa Falak berasal dari term Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an ada kata falak yang tulisannya sama dan ada yang hurufnya berdekatan pula, namun berbeda cara baca dan maknanya, misalnya : ( ) dibaca falak yang memiliki arti garis edar dalam Al-Qur'an surat 21 ayat 33 dan surat 36 ayat 40. Kemudian () dibaca fulk yang memiliki arti kapal dalam Al-Qur'an surat 11 ayat 37, dan terakhir () dibaca falaq yang bermakna waktu subuh dalam Al-Qur'an surat 113 ayat 1. Kata falak disini merujuk kepada definisi yang pertama diatas () yaitu garis edar atau poros edar benda langit.
Walaupun demikian dalam literatur klasik ada yang berpendapat bahwa ilmu falak disamakan dengan ilmu nujum, namun para ahli falakiyah berpendapat lain bahwa ilmu nujum jelas berbeda dengan ilmu falak. Karna falak adalah ilmu pasti sedangkan nujum ilmu terkaan yang tidak bersumber, seperti kita kenal cabang ilmu nujum ada ilmu hisab (hitung), ilmu miqat (ilmu waktu), ilmu rashd (ilmu amati), ilmu hay'an (gerak benda), ilmu-ilmu ini yang sering digunakan untuk meramal atau bahasa saat ini kita kenal dengan ramalan zodiak.
Gerhana dalam Perspektif Islam
Sebagian dari kita sering kali salah paham, begitu kata "ayat-ayat Allah" disebutkan maka yang tergambar hanya tulisan-tulisan Al-Qur'an semata. Padahal, Allah menciptakan ayat bukan semata huruf-huruf atau lafal-lafal suci. Ayat secara bahasa berarti tanda. Apa itu tanda? Tanda adalah sarana yang dianggap representasi dari kehadiran sesuatu. Allah menciptakan tanda akan keberadaan Diri-Nya bukan melalui Al-Qur'an saja. Alam semesta dan diri kita pun adalah bagian dari tanda alias ayat-Nya.
Sebagian besar dari kita sering salah paham bahwa ketika kata "ayat-ayat Allah" disebutkan, hanya kepada kontekstual Al-Qur'an yang digambarkan semata. Faktanya, Allah menciptakan ayat bukan semata dianggap suara ilahi atau representatif dari kehadiran sesuatu ciptaan-Nya. Melainkan Allah memberikan tanda akan keberadaan Diri-Nya bukan sekedar tertuliskan di Al-Qur'an, melainkan juga dengan penciptaan Alam semesta dengan berbagai macam kerahasian besar di dalamnya. Matahari, bulan, bintang, gunung, lautan, gugusan tata surya, angin, udara, bahkan kita sebagai manusia adalah bagian dari puisi semiotik-Nya, yang demikianlah menjadi suatu afirmasi akan adanya Tuhan yang Maha Besar dan Esa dalam kehidupan ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
Artinya : "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [QS. Fussilat : 53]