Hadi memejamkan mata dan menengadahkan tangan. Hadi berdoa dalam hati, semoga ibu, bapak, kakak, nenek dan semua keluarga panjang umur. Semoga Tuhan selalu memberi rezeki yang berkah.
"Amin," ucap Hadi pelan.
Sesudah sarapan, Hadi segera berpamitan dengan ibu, bapak, dan nenek untuk berangkat sekolah. Hadi berangkat sekolah bersama Kak Rafa. Mereka berdua naik sepeda. Kak Rafa di depan. Dik Hadi membonceng di belakang. Sambil mengayuh sepeda, Kak Rafa menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk adiknya.
"Selamat ulang tahun, kami ucapkan. Selamat panjang umur, kita 'kan doakan. Selamat, sejahtera, sehat sentosa! Selamat panjang umur dan bahagia!"
Ketika pulang sekolah, Hadi mendapat kejutan.
"Itu ada titipan dari Man Amin untuk Dik Hadi dan Kak Rafa."
Hadi melihat dua kandang kelinci di dekat pintu. "Tadi Paman datang. Sekarang Paman pergi ke rumah nenek tapi nanti langsung pulang. Tidak kembali ke sini lagi. Paman minta maaf."
"Terima kasih, Bu."
Man Amin adalah paman Hadi. Dia tinggal di desa lain. Hadi dan keluarga tinggal di daerah pesisir. Desa Hadi dekat laut. Sedangkan keluarga Man Amin tinggal di daerah pegunungan. Man Amin memang petani wortel. Dia punya ladang wortel.
Selain dua pasang kelinci, Man Amin juga memberi sekarung wortel untuk mereka. Hadi tahu kalau kelinci suka wortel. Setiap hari kelinci Hadi dan Rafa diberi makan wortel. Tapi ibu-ibu tetangga merasa sayang kalau wortel diberikan kepada kelinci. Menurut mereka wortel lebih bermanfaat dimakan manusia. "Kelinci kan bisa makan rumput," kata mereka.
Hadi setuju. Wortel memang enak dan bermanfaat untuk manusia. Tapi Hadi tidak mau rebutan wortel dengan kelincinya. Kalau Hadi makan wortel, maka kelincinya juga harus makan wortel juga.