Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayam Pelangi

13 Oktober 2024   15:40 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:19 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau begitu beli ayam petelur saja. Kalau sudah bertelur, kita bisa makan telurnya. Atau kalau telurnya banyak, bisa kita jual."

Hadi mengangguk.

Kakek pun memilih anak ayam petelur.

"Bukan yang itu, Kek" kata Hadi. "Aku ingin anak ayam yang warna-warni, Kek."

“Lho … yang warna-warni itu anak ayam jantan, Nak. Dia tidak bisa bertelur.” Kakek coba menjelaskan.

"Tidak apa-apa, Kek. Aku ingin anak ayam yang warna-warni. Lucu dan manis sekali. Mereka seperti memakai pakaian pesta. Boleh ya, Kek." Hadi merengek sambil memilih tiga ekor anak ayam. Hadi memilih yang warna kuning, merah dan ungu.

Wajah kakek terlihat bersedih. Ada air mata yang mengalir di pipinya.

"Mengapa kakek menangis?" Tanya Hadi penasaran.

"Kasihan anak ayam ini. Bulunya diwarnai. Jadi tidak asli. Coba bayangkan kalau rambut Hadi dicat merah semua? Atau kuning? Kan jadi seperti anak yang tidak wajar? Hadi, Ini anak ayam jantan lho. Jadi tidak bisa bertelur." Kakek mengingatkan lagi.

"Tidak apa-apa, Kek,” jawab Hadi mantab.

"Baiklah," jawab kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun