Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi'i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah Syari'ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.
kemunduran kerajaan banjar
kerajaan banjar mengalami kemunduran yang di latar belakangi oleh Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. yang pada akhirnya menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai "Perang Banjar".Â
peninggalan kerajaan banjarÂ
masjid sultan suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah masjid tertua di Pulau Kalimantan. Pasalnya, masjid yang terletak di tepi Sungai Kuin, Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjar Kota, Kodya Banjarmasin ini dibangun antara tahun 1525-1550 M, pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.Â
masjid tua ini saat belum dipugar, pada bagian atas atau puncaknya terdapat "sungkul" yang terbuat dari kayu ulin. Sungkul itu keadaannya masih baik meskipun usianya sudah empat abad lebih. Sungkul tersebut sekarang disimpan di Museum Lambung MangkUrat Banjar Baru, sekitar 35 km dari Banjarmasin.
Karena letaknya di tepi Sungai Kuin maka setiap mereka yang naik angkutan air, seperti bus air, longboat, maupun speedboat selalu melihat masjid tertua di Kalimantan ini. Jalan darat yang persis melewati tepi masjid, juga memudahkan para wisatawan berziarah ke masjid ini.
Apalagi letak Masjid Suriansyah ini juga tidak terlalu jauh dari makam Sultan Suriansyah. Jaraknya hanya sekitar 500 meter sehingga para wisatawan yang berkunjung ke masjid selalu menyempatkan ziarah ke makam Sultan Suriansyah. Atau, sebaliknya mereka yang duluan berziarah ke makam selalu menyempatkan mengunjungi masjid karena letaknya memang tidak terlalu jauh.
pengaruh kerajaan banjar untuk masa kini
Kerajaan Banjar, yang berdiri pada abad ke-16, memiliki pengaruh yang masih terasa hingga kini, terutama di wilayah Kalimantan Selatan. Banyak tradisi dan adat istiadat masyarakat Banjar yang masih dipraktikkan, seperti dalam upacara pernikahan, khitanan, dan festival budaya, serta musik dan tarian tradisional yang tetap dilestarikan. Bahasa Banjar juga tetap digunakan dalam komunikasi sehari-hari, menjadi bagian dari identitas budaya mereka. Selain itu, kerajaan ini berperan dalam penyebaran Islam di Kalimantan, yang terlihat dalam praktik keagamaan dan nilai-nilai moral masyarakat. Aspek ekonomi, seperti pertanian dan kerajinan tangan, masih mengandalkan teknik dan pengetahuan yang diwariskan dari zaman Kerajaan Banjar. Dalam konteks politik, pengaruh sejarah kerajaan ini dapat terlihat dalam struktur pemerintahan dan administrasi daerah, di mana nilai-nilai lokal sering diintegrasikan ke dalam kebijakan. Secara keseluruhan, Kerajaan Banjar menjadi simbol identitas yang memperkuat rasa kebanggaan dan keterikatan masyarakat terhadap sejarah mereka, menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa kini yang membentuk karakter masyarakat Banjar saat ini.