Dari hampir 5000 orang pendaftar, hanya kurang lebih 1000 orang yang dinyatakan lulus, dan aku salah satunya. Aku sangat senang sekali, karena itu mimpiku sejak aku duduk dibangku kelas 1 SMA. Entah kenapa aku sangat ingin belajar di negeri kinanah, mesir. Mungkin, jika kalian tahu semua ini tidak mudah, kalian akan menyerah karena butuh proses yang cukup panjang. Selama kurang lebih 3 tahun, aku berkonsultasi dengan salah satu ustadzku dipondok yang kebetulan merupakan lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Darinya aku dapatkan banyak ilmu, informasi, kiat-kita belajar, seputar keadaan mesir dan masih banyak yang lainnya.
"Besok mau puasa ah, tapi sahur nya makan malem aja. Persiapan buat bulan Ramadhan. Kan katanya disini bulan Ramadhan pas lagi musim panas, dan musim panas katanya waktu magrib itu lebih lama" batinku.
Seperti biasa, aku dan semua calon mahasiswa Al-Azhar belajar di markaz syeikh zaayid sebagai persiapan pra kuliah di Universitas Al-Azhar. Dimulai pukul 08.00 waktu kairo hingga masuk waktu shalat dzuhur. Suara adzan ialah sebagai isyarat pertanda berakhirnya pelajaran. Hari ini tepatnya hari senin, aku mempunyai agenda di masjid Al-Azhar. Halaqah AL-Qur'an bersama masyaikh-masyaikh azhar.
"YaAllah lemes banget, semoga bentar lagi nyampe" batinku
Aku menuju masjid Al-Azhar menggunakan bis umum 24 jurusan hay sabi'-darrasah. Selama diperjalan aku berdiri santai menikmati hiruk pikuk dalam bis, karena aku berangkat pukul 14:30 bertepatan dengan waktu pulangnya mahasiswi Azhar. Dan bis yang aku tumpangi tersebut penuh dengan mahasiswi Azhar.
"Tafadhal ya hagg(sebutan untuk lelaki umur 40 ke atas)" aku mempersilahkan seorang kakek untuk duduk dibangku kosong sebelahku berdiri karena seorang bapak akan turun.
"Inta ijlis tafadhal" jawab kakek tadi malah mempersilahkan aku untuk duduk.
Dengan perasaan kaget, aku segera duduk karena memang saat itu aku lemas sekali. Aku mencoba untuk tidak sahur pagi, melainkan makan malam sebelum tidur. Aku ingin mencobanya, apakah aku kuat atau tidak. Benar saja, aku merasakan tubuhku lemas dan lunglai ditambah aku berdiri mulai dari depan halte sampai setengah perjalanan.
"Alhamdulillah yaAllah" batinku.
Tak hentinya mulutku mengucap syukur, karena do'aku terkabul hanya dengan hitungan detik. Dengan keajaiban yang tak aku sangka. Sebegitu sayangnya allah terhadap hambanya, dia ingin kemudahan bagi hambanya dan tidak ingin kesusahan bagi hambanya. Dari situ, aku paham dan mengerti bahwa "Jarak dan waktu itu berkesinambungan. Sedekat apa engkau dihadapan rabbmu, secepat itupula rabbmu kabulkan apa yang engkau butuhkan".
Walaupun aku belum bisa menjadi orang terdekatnya, namun aku bersyukur dapat merasakan nikmat dan mengambil hikmah dalam melaksanakan kegiatan yang allah sukai. Sesampainya aku di masjid Azhar, aku masih terus mengingat kejadian tadi. Entah hanya kebetulan atau memang allah mendengar doaku, aku tak tahu itu. Yang aku tahu, aku senang dan sangat bersyukur.