Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marx, Harta dan Hamka

16 Februari 2024   18:49 Diperbarui: 16 Februari 2024   18:52 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pewartanusantara.com

"Dan telah Dia jadikan untuk kamu semua apa yang ada di bumi..." (QS. Al-Baqarah [2]: 29).

Kalau demikian, dari mana asal hak milik? 

Dalam kehidupan manusia atau binatang sekalipun, yang menimbulkan hak milik ialah kepentingan diri sendiri yang sangat perlu. Terutama sekali ialah soal makanan (pangan). Kalau manusia atau binatang sudah sangat lapar, dia mesti mencari makan. Kalau dia tidak makan, diapun mati. Kalau makanan bertemu, dia segera memakannya. Kalau makanan banyak dan yang memerlukan sedikit, tidaklah akan terjadi perebutan rezeki. 

Tetapi kalau makanan sedikit yang memerlukannya banyak, sedang semua ingin hidup, mestilah terjadi mengadu kekuatan untuk merebutnya. Mana yang sudah didapat oleh yang kuat, tidak boleh lagi orang lain mendekatinya, sebab itu sudah dianggapnya kepunyaan dia. Menganggap makanan yang sudah didapat dengan jerih-payah sendiri itu adalah kepunyaan sendiri adalah instink (naluri) pada segala yang bemyawa.

Anjing akan menggerutu dan bersedia menerkam anjing lain yang mendekat kepadanya hendak turut memakan makanannya. Demikian juga binatang yang lain. Tetapi mereka akan hidup damai kalau makanan cukup buat semua. Oleh sebab itu makan instink atau naluri mempunyai itu tidaklah dihapuskan, selama hidup masih ada. Baik pada manusia atau pada binatang.

Pada manusia instink itu dituntun lagi oleh akal, fikiran, ingatan kepada masa lalu dan khayalan kepada masa depan. Islam tidak memberikan ajaran kepada manusia yang maksudnya membunuh instink tadi. Malahan dituntun. Mulanya dikatakan bahwa seluruh isi alam disediakan buat mereka semua. 

Tetapi ingat bahwa isi alam itu adalah persediaan dari Tuhan, dan Tuhan yang empunya. Dan ingat pula bahwa sebagai manusia kamu tidak bisa hidup sendiri. Hidupmu adalah bersangkut-paut dengan hidup orang lain. Dan ingat pula bahwa dalam sesama manusia itu ada yang kuat dan lebih cerdik, dan ada yang lemah dan bodoh. 

Oleh karena dari pangkalnya pokok kepercayaan telah dibulatkan tentang adanya Tuhan, dan semua Tuhan yang empunya, maka Islam bukanlah meruncingkan pertentangan di antara si punya dan si tidak punya, melainkan mengajarkan supaya si kuat dan si punya diwajibkan oleh Tuhan membantu yang lemah, bodoh dan miskin itu.

Instink atau naluri ingin mempunyai tidak dihapuskan oleh Islam, bahkan dikobarkan. Tetapi Islam mewajibkan supaya sebahagian dari yang didapat itu diserahkan kepada yang lemah. Yang kaya wajib membantu yang miskin. Bukan anjuran, bukan hanya sunnat saja, bukan hanya belas-kasihan, tetapi kewajiban dan menjadi salah satu dari tiang (rukun) Islam.

Dengan demikian dapatlah difahamkan kalau seorang Muslim tidak mau menyerahkan sebahagian yang telah ditentukan dari harta Tuhan yang telah dinamai kepunyaannya itu, dia adalah kotor. Kotor lahir batin. Dia telah kotor sebab menyangka bahwa harta itu benar-benar kepunyaannya, padahal Tuhanlah yang menyediakan buat dia. 

Dan dia akan kotor sebab dia tidak ingat lagi hubungannya dengan manusia yang lain, dan dia akan kotor sebab pada dirinya sudah mulai merangsang tabiat loba, tamak, rakus dan bakhil. Bahasa moden menyebut Kapitalisme atau pengisapan manusia atas manusia. Bahasa moden untuk ukuran besar menjadi lmperialisme, yaitu negara yang kuat menguasai negara yang lemah. Di zaman Kapitalisme seorang yang kuat memeras tenaga beberapa orang yang lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun