PENYEBAB BULLYING DAN CARA PENCEGAHANNYA
Â
Assalamuaalaikum sobat kompasiana..
Mimin kali ini mau bercerita tentang kasus bullying nih.. yuk  simak beritanya di kompasiana..
Kasus bullying di indonesia semakin tahun semakin merajalela seakan-akan penyakit yang teru menular dari kota ke kota dari sabang sampai merauke. Bullying sendiri menjadi sorotan penting bagi pemerintah khusunya bagi orang tua dan guru yang mendidik anak-anak. Kasus bullying sangat merugikan pihak korban mulai dari sakit fisik dan sakit psikis, tak hanya itu korban juga bisa sampai meninggal ketika tidak segera dibawa ke rumah sakit.
Nah sobat kompasiana.. apa sih penyebabnya di negara kita tercinta ini masih banyak terjadinya kekerasan khususnya di lingkungan sekolah.. yuuk mari kita cari tahu penyebab bullying itu sendiri..
Â
DEFINISI BULLYING
Bullying didefinisikan sebagai perilaku agresif yang muncul dengan tujuan yang disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain baik secara fisik maupun psikologi (Randall, 1991 dalam Parsons, 2009).
Penelitian bullying di Yogyakarta terjadi 70,65 % kasus bullying di SMP dan SMA (Juwita, 2009 dalam Rudi, 2010). Sejiwa (2008) juga melakukan penelitian pada SMP dan SMA di tiga kota besar yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya dihasilkan bahwa 67% pelajar SMP dan SMA menyatakan tindakan bullying pernah terjadi di sekolahnya.
Survey Di kota Depok pun berdasarkan survey yang dilakukan oleh Khairani (2006) telah terjadi bullying di sekolah dasar sekitar 31,8%, serta penelitian oleh Tololiu, Keliat dan Daulima (2011) dengan hasil dipaparkan telah terjadi bullying pada remaja di Depok sebesar 29,74 %.
Data dari KPAI bahwa sejak tahun 2011 hingga 2015 sedikitnya 1.850 kasus kekerasan (bullying) yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Anak sebagai korban kekerasan sekolah yang menerima kekerasan fisik dan psikologi pada 2011 terdapat 56 kasus, 2012 terdapat 130 kasus, 2013 terdapat 96 kasus, 2014 terdapat 159 kasus, dan 2015 ada 55 kasus. Anak sebagai pelaku kekerasan, pada 2011 terdapat 48 kasus, 2012 terdapat 66 kasus, 2013 terdapat 63 kasus, 2014 terdapat 67 kasus, dan 2015 ada 39 kasus (Harnas, 2015).
PENYEBAB TERJADINYA BULLYINGÂ
Bullying terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tumon (2014) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor keluarga, teman sebaya, dan sekolah juga dapat membentuk perilaku bullying pada remaja, saat ketiga faktor tersebut berjalan dengan tidak kondusif maka remaja akan cenderung melampiaskan gejolak emosinya dalam hal yang negatif, dalam hal ini salah satunya adalah bullying.
Faktor penyebab terjadinya bullying yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah: (a) karakteristik kepribadian (b) kekerasan pada masa lalu dan (c) sikap orangtua yang memanjakan anak sehingga tidak membentuk kepribadian yang matang. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan budaya (Hoover 1998, dalam Simbolon, 2012).
Ariesto dalam Fransisca (2011) mengungkapkan faktor penyebab terjadinya perilaku bullying dari faktor keluarga yaitu pelaku bullying yang biasanya berasal dari keluarga yang bermasalah, seperti orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, situasi rumah yang penuh stress, agresi dan permusuhan.
Hasil analisis Lestari (2016), faktor keluarga yang besar dalam menyebabkan bullying yaitu keluarga yang tidak harmonis, peraturan rumah yang terlalu ketat. Tumon (2014) memaparkan pola asuh orangtua yang otoriter (10.6%) dan orangtua yang sering bertengkar (4,8%) membuat anak melampiaskan di luar rumah.
Zakiyah (2017) memaparkan orangtua yang sering menghukum anak berlebihan, pertengkaran orangtua membuat anak meniru terhadap temannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa ditemukan perbedaan yaitu faktor keluarga yang dominan dalam menyebabkan bullying yaitu anak sering melihat keributan di rumah (82.3%).Â
Hal ini bisa disebabkan karena kurang mampu keluarga dalam menyelesaikan masalah melalui musyawarah. Sedangkan untuk faktor penyebab terjadinya perilaku bullying dari faktor sekolah Ariesto dalam Fransisca (2011) menyebutkan, bullying dapat berkembang pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang bersifat tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
Hasil observasi Asy’ari & Dahlia (2015), bahwa bullying dari faktor sekolah bisa disebabkan karena kurangnya tanggung jawab guru sebagai pendidik serta lemahnya pengawasan dari guru juga bisa membuat siswa mudah melakukan tindakan bullying pada temannya ketika proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, bahwa lemahnya pengawasan dari sekolah seperti mengacuhkan apabila ada masalah antar siswa (46.8%).
Hal ini bisa terjadi karena kepala sekolah jarang melakukan supervisi kelas atau mengawasi ketika guru sedang melakukan proses peMbelajaran, jam istirahat maupun jam kosong. Meskipun tugas kepala sekolah bukan hanya mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga pendidik, tetapi juga mengawasi perilaku siswa di sekolah dalam upaya memberikan layanan yang lebih baik pada peserta didik dan sekolah.
Menurut Ariesto dalam Fransisca (2011), faktor penyebab terjadinya perilaku bullying dari faktor teman sebaya yaitu disebabkan karena pada saat berinteraksi di sekolah maupun di lingkungan sekitar rumah, kadang kala membuat anak terdorong untuk berperilaku bullying.
Â
CARA MENCEGAH BULLYING
Berikut cara mencegah perilaku bullying:
1. Tidak terlihat tertekan atau ketakutan saat pelaku sudah mulai melakukan bullying.
2. Segera pergi jika sudah mulai dibully karena pelaku akan senang jika melihat korbannya diam ditempat.
3. Menanggapi pelaku dengan candaan atau bicara dengan baik-baik. Jika korban menanggapi dengan candaan maka pelaku cenderung akan merasa bosan karena targetnya tidak merasa terpojokkan.
4. Segera langsung ceritakan kepada orang terdekat. Tindakan bullying tidak hanya terjadi satu kali, tetapi jika korban baru pertama kali dibully maka sebaiknya Tindakan tersebut langsung diceritakan kepada keluarga, teman, pihak guru agar tidak ada tindakan bully selanjutnya.
5. Menjaga diri. Jika bully dilakukan dengan melukai fisik maka sebaiknya korban mempunyai kemampuan bela diri atau selalu membawa alat pelindung diri, seperti semprotan lada dan alat setruman.
6. Orang tua sedari dini bisa mengajarkan kepada anaknya bahwa tindakan seperti mencemooh, mendorong teman, bersikap kasar itu bukanlah tindakan yang terpuji.
7. Orang tua bisa sedari dini mengajak anaknya untuk melakukan hal-hal positif, seperti membaca buku. Dengan begini anak akan tumbuh dengan pikiran-pikiran positif, dapat berpikir kritis, dan dapat membedakan mana hal terpuji dan negatif.
8. Orang tua juga bisa memberi batasan, mengajarkan hal-hal positif, memberitahu bahaya bermain ponsel kepada anaknya saat bermain ponsel sehingga anak akan sebijak mungkin menggunakan ponsel.
Yahh sobat diatas adalah artikel seputar bullying semoga bisa bermanfaat bagi kita semua khsusnya anak-anak kita yang sedang mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan semoga terhindar dari bullying teman-temannya.
Terimakasih
Wassalamualaikum wr wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H