Mohon tunggu...
Fahrul Rozi
Fahrul Rozi Mohon Tunggu... Penulis - Saya adalah seorang pembelajar yang ingin tahu banyak hal

Aku berkarya maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Shame Culture" dan "Guilt Culture"

27 Mei 2020   18:30 Diperbarui: 27 Mei 2020   18:22 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Dunia Barat etika yang berkembang adalah Guilt Culture atau etika kebersalahan. Sehingga tak jarang setiap individu di Barat memiliki kesadaran masing-masing. Hal ini yang ternyata menyebabkan Dunia Barat lebih berbudaya ketimbang Dunia Timur. 

Etika yang dibangun berpangkal dari ajaran Max Weber tentang hidup yang harus dijalani dengan kerja keras dan berusaha. Keinginan untuk berprestasi turut menjadi acuan dan landasan hidup bagi orang-orang di Dunia Barat. 

Di Dunia Timur, etika yang dibangun adalah "etika malu" atau "shame culture." Sehingga para koruptor atau mereka yang bersalah hanya akan menyesal manakala nama mereka terpampang di media massa. 

Namun hal tersebut pada akhirnya tidak membuat pelanggar hukumnya merasa sadar apalagi jera. Ia masih saja berkeliaran dengan komplotannya dengan semakin menjadi. Seperti amoeba, ia membelah dirinya menjadi beberapa bagian dan melakukan kejahatan dengan metode baru. 

Oleh karena itu hal tersebut yang nampaknya membuat kita sadar jika Dunia Timur mengalami ketertinggalan dengan Dunia Barat. Jika Dunia Timur hendak maju, maka etika yang digunakan haruslah berpangkal kepada Max Weber. Seorang sosiolog kenamaan asal Prancis yang satu almamater dengan Henry Bergson, seorang filsuf abad 20 asal Prancis.

Baik shame culture dan guilt culture memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut penulis menyebutkan tiga kelebihan dan kekurangan masing-masing etika tersebut.

Kelebihan shame culture

1. Nama pelaku tercemar.

2. Pelaku dipermalukan didepan orang banyak.

3. Pelaku merasa resah karena namanya sudah tidak baik lagi, hilangnya rasa percaya dihati masyarakat terhadap pelaku.

Kekurangan shame culture

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun