Penulis memiliki konsep tata ruang kota. Seandainya terdapat arsitek atau ahli tata ruang kota yang mendesain jalan raya dikota dengan konsep angka 8. Dimasing-masing lingkarannya taruhlah taman dengan segala pernak-perniknya dan air mancur. Kemudian agar tak disebut labirin, buatlah jalan keluar dari konsep angka 8 tersebut dengan menaungi jalan dengan konsep angka 8 tersebut dengan bentuk bujur sangkar atau persegi.
Baca juga: Filosofi Angka dalam Konteks Jawa
Keduanya (konsep jalan dengan angka 8) dan yang menaungi (bentuk jalan persegi sebagai jalan keluar) saling terhubung satu sama lain. Maka tentu dengan hal tersebut akan menciptakan keindahan seandainya saja dapat diterapkan. Sehingga dengan demikian, angka 8 memiliki filosofi "keindahan."
Di poin Keempat ini penulis memaknai bahwa angka 8 mengandung unsur keseimbangan. Bagaimana tidak, perhatikan saja dua lingkaran yang terdapat dalam bentuk angka 8, maka kita akan mendapati ukurannya akan sama. Sehingga dengan alasan tersebut penulis mengatakan bahwa terdapat unsur keseimbangan didalam angka 8. Keseimbangan itu perlu, mengapa? Karena Tuhan menciptakan segala sesuatunya secara seimbang. Ada panas dan dingin, ada tinggi dan pendek, ada besar dan ada kecil, semuanya saling melengkapi dan membentuk keseimbangan (balances) atau harmoni.
Tidak lupa untuk mewujudkan rasa tenteram, damai, semasih dan seimbang diperlukan rasa aman. Mengapa demikian? Mari kita lihat fakta di lapangan, Palestina yang negaranya tidak aman karena kerap kali terdapat invasi atau serangan dari pihak Israel karena sengketa jalur Gaza, maka tentu tidak ada rasa aman bagi pihak Palestina pastinya. Sehingga saat itu pula Palestina khususnya warga negaranya tentu tidak memiliki rasa tenteram, damai serasi apalagi seimbang.
Hal ini sangatlah diperlukan (rasa aman). Maka rasa aman dapat disimbolkan dengan borgol yang berbentuk seperti angka 8 dengan sekidit modifikasinya. Pada borgol angka 0 dan 0 dipisahkan oleh tanda "----" sebagai rantai kecil yang menghubungkan dua lingkaran (dalam hal ini angka 0). Dengan demikian angka 8 dapat dimaknai sebagai kemananan atau dapat disebut pula rasa aman.Â
Pada poin keenam kali ini akan sekidit bersifat tradisional-subjektif. Artinya adalah, pengalaman tradisional yang tidak semua orang pernah mengalaminya. Padapoin ini penulis mencoba memberikan makna kepada angka 8 sesuai dengan pengalaman pribadi penulis. Pada permainan karet di usia penulis yang ke 6 tahun, penulis harus membentuk angka 0.
Permainan ini dilakukan dengan cara menaruh karet diatas tanah dan kita melempar karet yang lain yang kita miliki untuk membentuk 0. Jumlah karet yang kita miliki sama dengan banyaknya kesempatan kita untuk melempar karet lain, istilah sekarang dalam modern games adalah "nyawa." Maka ketika belum membentuk angka 0, sementara karet yang kita miliki telah habis, maka kita telah kalah dalam permainan lempar karet tersebut. Sehingga karet yang sudah dilemparkan oleh kita akan diambil oleh pemenang.
Dalam permainan ini, tidak semua karet dapat digunakan. Hanya karet yang berwarna merah dengan diameter lebar. Apa yang menyebabkan kita kalah dalam permainan tersebut? Angka yang harus kita bentuk adalah angka 0 bukan angka 8, sehingga itulah yang menyebabkan kita kalah dalam permainan. Sehingga berdasarkan pengalaman pribadi, penulis memaknai bahwasannya angka 8 adalah "permainan."
Baca juga: Filosofi Angka 7 KOMPASIANA
Pada poin ketujuh penulis akan kembali mengungkapkan filosofi mengenai angka 8. Angka 8 pada poin ketujuh ini penulis maknai sebagai "refleksi." Apa itu refleksi? Refleksi adalah pencerminan diri terhadap apapun, baik terhadap hal-hal yang sudah kita perbuat, ataupun merenungkan suatu hal. Sifat dalam angka 8 ini adalah kontemplatif.Â