Tetapi jangan disangka bahwa tidak ada literatur Islami yang ditulis dengan aksara melayu asli, ternyata Syair Perahu karya Syaikh Hamzah Fansuri ada yang disalin menggunakan huruf Rencong/Incung. Padahal Hamzah Fansuri dimaklumi hidup sebelum tahun 1590 Masehi, atau jauh sebelum Ar-raniri datang ke Aceh.
Ditambah lagi fakta bahwa aksara melayu kuno ini acap kali berubah-ubah cara penggunaannya tergantung tempat, sehingga dikenal sebagai aksara Batak, Kerinci, Lampung dan sebagainya.
Tentu akan menyulitkan transfer keilmuan semasa penyebaran Islam di Sumatera pada awal abad ke 17 tersebut apabila tidak dilakukan transformasi aksara ke huruf arab-melayu sebagaimana salah satunya telah dilakukan oleh Ar-raniri tersebut, maklum saja karena Islam telah membawa level globalisasi peradaban Sumatera ke tingkat yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Dan tulisan pun sejatinya hanya sebagai penerjemah ilmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H