Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Pilu Kuala Batu

21 Desember 2018   16:01 Diperbarui: 22 Desember 2018   21:36 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua kapal dagang Amerika tidak menerima barang yang bayarannya ditakar dengan kilogram, sedangkan untuk harga mereka tetapkan bahwa setiap 1 pound harganya setara dengan 2 kilogram. Kejadiannya ini sudah berlangsung sejak tiga tahun yang lalu ketika awal mula perdagangan dimulai, hingga muncul para "pedagang hitam" yang memainkannya menjadi fitnah bagi kedua belah pihak.

Fitnah "Pedagang Hitam" dari Batavia
Sebutlah van Der Bosch saja, Gubernur Hindia Belanda itu memerintahkan Kapitan Cina Koh Lay Huan di Pulau Pinang untuk berangkat ke Kuala Batu. Pikirnya pasti karena sesama keturunan Tiongkok nanti Kapitan Koh Lay Huan dapat masuk dalam perasaan Bendahara Raja yang terkenal setia pada Cut Ampon. 

Disuruhnya Kapitan Cina ini menghasut Bendahara Raja, dibayang-bayangkannya berapa sudah nilai pembulatan kebawah dari kilogram ke pound yang susut dalam pembayaran lada hitam tahun lalu saat harganya melambung tinggi. 

Belum lagi fasilitas perbaikan kapal secara cuma-cuma bagi pedagang Amerika di galangan pelabuhan yang dikelola oleh Syahbandar Kuala. Digambarkannya bahwa selama ini pedangan dari Hindia Belanda lebih adil dalam berdagang karena semua akan mereka bayar penuh tanpa susut satu gulden pun.

Merah padamlah wajah Bendahara Raja, diambilnya kertas catatan, diletakkannya dihadapan sempoa, dia naik turunkannya anak-anak sempoa itu berulang kali dan akhirnya didapati angka sebesar empat puluh ribu dollar atau setara lebih kurang 300 mayam emas Kuta Raja. 

Sang Kapitan yang berpura-pura menasehati ini tersenyum dalam hatinya melihat hasutannya dikunyah mentah-mentah oleh Bendahara Raja, tinggal menunggu meluapnya kemurkaan Pang Ulee Batee yang dikenalnya bertemperamen tinggi dan mudah marah apabila ada pihak yang hendak berkhianat pada Cut Ampon, tentu bila saat itu tiba dia bisa tertawa puas dan mungkin juga diberi hadiah ataupun jabatan yang lebih tinggi oleh van Der Bosch.

Pang Ulee Batee yang setia namun ceroboh
Kesetiaan Pang Ulee Batee tidak ada yang meragukannya, seolah sudah terbentuk secara alamiah, penduduk dataran tinggi Gayo memang dikenal akan keteguhan hati mereka dalam membela para raja pesisir. 

Ketaatan seolah menjadi kebutuhan hidup, mungkin saja karena mereka hidup jauh di daerah pegunungan yang menuntut kejujuran sebagai pangkal keberhasilan. Namun begitu, Pang Ulee Batee terlalu polos dalam menilai permasalahan politik, apalagi politik para "pedagang hitam" Hindia Belanda yang terkenal dengan cara kolonialisasi "tanam labu" itu.

Waktu itu menjelang akhir waktu dhuha, Master Endicott sedang dalam balairung Kuta Kuala Batee bersama Cut Ampon yang ditemani oleh Bendahara Raja. Pang Ulee Batee datang terlambat karena sejak syuruk sudah disibukkan dengan pengawalan muatan barang dari daratan ke Friendship of Salem. 

Ketika Pang Ulee Batee tiba dilihatnya setumpuk kertas digelar diatas meja kayu besar dan Cut Ampon sedang berbicara dalam bahasa melayu bercampur inggris dengan Master Endicott tetapi nada suaranya tidak seperti biasa. Tampak olehnya pula si pedagang Amerika itu sesekali mencoba menyela Cut Ampon namun tidak diberi kesempatan untuk bicara lebih panjang.

Dalam batinnya Pang Ulee Batee menangkap arah pembicaraan mereka bertiga, rupanya Cut Ampon ingin agar diatur ulang sistem transaksi khususnya untuk komoditas lada hitam agar nilai jualnya lebih tinggi lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun