Sejalan dengan meluasnya penyebaran Coronavirus, serangan bermotif rasial selama Pandemi ini masih berlangsung dan terus meningkat. Komnas HAM Australia pun menyebutkan peningkatan pengajuan diskriminasi sosial dalam dua bulan terakhir.
Mereka mengadu telah menjadi sasaran karena Covid-19. Sebelumnya tidak lebih dari 4 kasus aduan rasisme yang diterima oleh Komnas HAM Australia. Setelah adanya Coronavirus, mereka menerima puluhan aduan resmi setiap bulan. Jumlah ini belum termasuk orang-orang yang hanya diam ketika terkena rasisme akibat Covid-19.
Serangkain tindakan rasisme dalam sebulan terakhir memunculkan tagar #WashTheHate, #RacismIsVirus, dan #IAmNotCOVID19. Tetapi, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, malah memperburuk keadaan dengan menyebut Covid-19 sebagai "virus China".
Michael Thai, dosen Psikologi di Univesity of Queensland, mengatakan rasisme dapat memicu stres. "Stres berlipat ganda, akibat Coronavirus ditambah lagi karena menjadi korban rasial, dituduh sebagai pembawa virus," katanya. "Para pemimpin juga perlu memberi contoh," tambahnya.
Diskriminasi rasial pasti tak diinginkan oleh semua orang, tentu oleh orang Tiongkok yang di tuduh penyebar Covid-19. Mereka merasa dimusuhi dan tidak diinginkan oleh masyarakat dunia.
Diskriminasi rasial ini tentu lahir dari pemahaman yang salah, karena penularan Coronavirus dapat terjadi dari dan pada setiap orang tanpa melihat warna kulit atau ras.
Dunia cukup dihadapi dengan wabah Coronavirus, tidak perlu ditambah dengan melawan dan menyelesaikan kasus-kasus seperti diskriminasi rasial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI