Pendidikan keuangan telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut survei yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2020, hanya 12% dari responden di Indonesia yang memiliki pengetahuan keuangan yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep-konsep dasar keuangan. Pada 2022, Bank Indonesia melaporkan bahwa tingkat kesadaran keuangan masyarakat Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 34,6%.
Dampak Kurangnya Pendidikan Keuangan
Kurangnya pendidikan keuangan dapat berdampak negatif pada kehidupan individu dan masyarakat. Beberapa dampak tersebut adalah:
Ketergantungan pada utang konsumtif, menyebabkan stres dan kesulitan keuangan. Pada 2022, total utang konsumtif di Indonesia mencapai Rp 2.447 triliun (Bank Indonesia, 2022).
Kesulitan mengelola keuangan, sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang lain. Survei OECD menunjukkan bahwa 60% responden di Indonesia mengandalkan keluarga atau teman untuk mendapatkan saran keuangan (OECD, 2020).
Kurangnya kesadaran investasi, menyebabkan kesempatan kehilangan kesempatan mengembangkan kekayaan. Pada 2022, hanya 13,4% masyarakat Indonesia yang melakukan investasi (Kementerian Keuangan RI, 2022).
Ketergantungan pada pinjaman, menyebabkan risiko kebangkrutan. Pada 2022, jumlah kasus kebangkrutan di Indonesia mencapai 13.339 kasus (Kementerian Hukum dan HAM RI, 2022).
Manfaat Pendidikan Keuangan
Pendidikan keuangan memiliki banyak manfaat, antara lain:
Meningkatkan kesadaran keuangan dan mengurangi risiko kebangkrutan. Survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan keuangan yang memadai memiliki risiko kebangkrutan yang lebih rendah (Bank Indonesia, 2022).