Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan Desa sebagai Pusat Pendidikan Masyarakat, Mungkinkah?

27 Desember 2022   14:43 Diperbarui: 27 Desember 2022   15:22 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbincang dengan Lurah Klemunan  Gatot Triatmojo. Dok/Rini

Dalam UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, Bab I Pasal 3 berbunyi: Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Perpustakaan bisa bertransformasi lebih luas, buku-buku tidak hanya dibeli, diinventarisasi hingga dishelving sesuai raknya, namun juga dikaji isinya dan diterapkan menjadi sebuah produk fisik maupun non fisik.

Meskipun di tingkat daerah, programnya kadang tumpang tindih dengan dinas koperasi/UMKM yang kerap mengadakan acara serupa meski tanpa istilah "literasi".

Disebut literasi karena ada dasar referensinya, terutama rujukan berupa buku how to yang berisi panduan praktis. Mungkin dalam filsafat ilmu, selain dikaji ontologi dan epistemologinya, tentu aspek aksiologinya.

Seperti halnya produk Kopi Okra yang dihasilkan Perpustakaan Mawar Klemunan. Kenapa harus diproduksi? Kandungannya apa saja? Apakah ada manfaatnya? Untuk apa?

Secangkir kopi dan Okra hijau. Dok/instagram @p.b.adi
Secangkir kopi dan Okra hijau. Dok/instagram @p.b.adi


Pertanyaan dasar yang harus dijawab agar tidak hanya sekadar menjadi produk, namun ada penjelasan tentang produk tersebut maupun hal lain yang masih berkaitan.

Ini mengingatkan kita pada gerakan makan tempe yang digagas Prof. Winarno dan cucunya, Driando. Tempe adalah makanan biasa dan mudah kita temui, namun literasi terkait tempe itu ternyata minim disampaikan.

Inilah yang barangkali menjadi pembeda dari kegiatan yang diinisiasi oleh Perpustakaan: ada literaturnya, ada kajian yang telah dilakukan, meski produknya mungkin biasa saja. Seperti Tempe tadi.

Di tingkat desa/kelurahan, momentum ini menjadi sangat baik dengan menjadikan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran, berdasar referensi atau literatur yang ada.

Buku bisa menjadi "kitab penggerak" yang merubah masyarakat, memperkaya keterampilan dan menghasilkan produk-produk bernilai ekonomi, terlebih jika mampu mengangkat potensi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun