Ternyata, interaksi saya dengan beliau berlanjut ketika penulisan buku Dua Dekade Kota Blitar Memilih. Saya menjadi salah satu tim penulis dan kebagian menulis periode pertama KPU Kota Blitar yang kala itu diketuai Pak Andrias.
Meski lama berkarir dalam bidang politik, khususnya kepemiluan, jiwa seninya tak luntur. Beliau salah satu pencetus agenda Grebeg Pancasila bersama para seniman lain seperti Pak Bagus Putuparto, termasuk Lik Hir di dalamnya, yang sekarang jadi program resmi Pemkot Blitar.
Artinya, sejak dulu memang sudah punya sense of politic untuk kemajuan seni dan budaya, hingga akhirnya menjadi ketua Dewan Kesenian Kota Blitar sampai akhir hayatnya.
Pada September 2020, melalui akun facebooknya, beliau mengabarkan jika SK pensiunnya sebagai ASN sudah turun. Tak lama setelah itu kami berjumpa di Pas Pedas untuk acara FGD penulisan buku KPU.
Sepertinya itu hari terakhir saya berjumpa beliau. Beliau terlihat begitu santai dan humoris seperti biasanya. Menikmati masa pensiun atau hari-hari baru setelah kiprah panjang yang beliau torehkan untuk Blitar.
Lik Hir, Pendekar Mocopat
Lik Hir, sapaan akrab Mbah Hirdianto, begitu halnya dengan Pak Andrias, ringan langkah ketika diundang suatu komunitas.
Nama Lik Hir sudah saya dengar sejak SMA. Nama yang begitu populis. Hanya saja, baru bertemu sosok pendekar mocopat itu sekitar tahun 2016.
Sering sekali saya berjumpa Lik Hir, termasuk di acara-acara diskusi kafe, dan Lik Hir sering jadi audiens. Paling sering di Perpustakaan Bung Karno.