Perpustakaan berbasis inklusi sosial diaplikasikan lewat program pengembangan masyarakat, seperti beragam pelatihan mulai dari pelatihan wirausaha, seni dan budaya, pengembangan teknologi, dan salah satunya pelatihan menulis kreatif yang kemaren dilaksanakan.
Hal itu juga tampak dari program-program Perpustakaan Bung Karno di Blitar. Beragam event literasi mulai dari literasi seni dan budaya, pelatihan vlog, desain grafis dan sebagainya digelar. Termasuk pertunjukan seni seperti wayang kulit, teater dan parade puisi.
Memanfaatkan sumber perpustakaan
Meski demikian, perpustakaan punya sumber pengetahuan yang perlu diakses. Buku-buku dan fasilitas di dalamnya terutama.
Buku-buku dalam lintas disiplin bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pengetahuan. Sayangnya kultur ini belum terbentuk kuat di masyarakat. Misalnya, ketika ada warga ingin mulai berbisnis, dia bisa memanfaatkan buku-buku di perpustakaan untuk meningkatkan pengetahuannya.
Ketika ada yang ingin mengetahui dunia flora dan fauna, ia juga bisa memanfaatkan koleksi-koleksi buku di perpustakaan.
Termasuk yang ingin tahu lebih banyak soal kesehatan mental atau psikologi, bisa memanfaatkan koleksi perpustakaan.
Membaca buku tetap akan memberikan manfaat, terlebih ketika itu berbasis kebutuhan. Dalam arti, setelah membaca buku tersebut ada nilai lebih yang didapat guna mengembangkan potensi diri.
Jaringan perpustakaan hingga tingkat desa/kelurahan
Desa/keluarahan keren adalah yang memiliki perpustakaan. Dengan konsep inklusi sosial, tentu akan banyak program yang bisa dilaksanakan di perpustakaan desa. Bersinergi dengan program pengembangan lainnya.