5. Opini yang bisa ditulis oleh guru, siswa dan alumni.
6. Profil siswa atau alumni yang inspiratif.
7. Foto-foto Epic sekitar lingkungan sekolah.
Tentu, untuk bisa menyajikan konten tersebut, akan butuh perjuangan tersendiri, bukan? Apalagi jika pengelolanya terbatas. Namun jika berkolaborasi, itu akan ringan disajikan kok.
Terpenting adalah melibatkan semua elemen. Baik, mari kita bahas satu per satu.
Pertama, website sekolah harus memiliki pengelola khusus sebagai operator dan admin. Mungkin jumlahnya cukup 2-3 orang, diluar tim teknis. Biasanya, untuk tim teknis, sekolah menggunakan jasa tim ahli untuk websitenya.
Namun operator atau admin bisa diambil dari unsur guru dan siswa. Terlebih, jika sekolah tersebut memiliki ekstrakurikuler Jurnalistik, atau setidaknya beberapa siswa yang punya minat dalam pengelolaan media sekolah.
Kedua, tim media bisa menghubungi alumni yang sekiranya bisa menjadi kontributor website, entah untuk menulis atau membuat konten grafis.
Tawarkan pada guru, siswa atau alumni yang ingin mengirimkan tulisan terkait pendidikan atau sekolah tersebut, bisa melalui email atau saluran lain.
Untuk guru, bisa dijadwalkan. Tentu ada banyak guru yang memiliki kemampuan menulis yang baik, kan? Bahkan jika perlu, para guru diwajibkan menulis opini berdasar mata pelajaran yang diampu, atau tema lain yang relevan dengan kebutuhan website sekolah.
Coba bayangkan andai dalam suatu sekolah, guru-gurunya pada menulis. Sungguh luar biasa, bukan?