Pasca kemerdekaan, dalam tubuh TNI (BKR, TKR, TRI) ada dua eks tentara yaitu KNIL dan PETA. Prof. Salim Said, pengamat militer, menyebut jika tentara KNIL adalah tentara profesional, yang digaji Belanda. Sementara PETA, adalah tentara sukarelawan alias pejuang bentukan Jepang. Meski, tak sedikit juga eks tentara KNIL yang juga gabung dengan PETA.
Selanjutnya, istilah-istilah militer banyak digunakan oleh masyarakat, termasuk dalam mengelola organisasi masyarakat. Sebut saja istilah militansi, kaderisasi, SWOT, dan lain sebagainya.
Hal yang sama, juga bisa kita lihat misalnya di komunitas literasi. Ada yang memang pekerja aktif, ada yang pejuang. Ada pekerja yang sekaligus pejuang.
Perbedaannya sederhana. Pekerja berarti memiliki hitungan profesional. Dalam dunia literasi lebih dikenal istilah honorarium. Pejuang tidak demikian, dia tidak mendapatkan honor dari kegiatan berliterasinya.
Pekerja dan pejuang
Sebagai pekerjaan, bidang literasi ternyata cukup menjanjikan. Misalnya, jika kita melihat beberapa penulis populis seperti Tere Liye, Fiersa Besari, Asma Nadia, Dee Lestari dan lain sebagainya.
Honor selain dari royalty buku, juga ada honor undangan mengisi seminar dan pelatihan menulis. Bahkan ada yang memiliki sekolah kepenulisan, dengan biaya tak murah.
Literasi sudah menjadi bagian dari pekerjaan, masuk kategori pekerja kreatif.
Selain nama-nama populis di atas, sebenarnya ada nama non populis tetapi memiliki honor cukup tinggi juga dari kegiatan berliterasi. Sebut saja, content writer pro, travelblogger dan sebagainya.
Sementara pejuang, adalah mereka yang memiliki concern dan dedikasi pada bidang literasi, meski memiliki pekerjaan lain diluar kegiatan literasinya.
Umumnya, mereka aktif di organisasi dan komunitas literasi. Membuka lapak buku, rumah baca, kelas kepenulisan dan sebagainya.