Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satgas Anti Covid-19, Wujud Kepedulian dan Kebersamaan

26 Maret 2020   22:39 Diperbarui: 26 Maret 2020   22:53 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan dan seruan untuk stay at home dan work from home untuk menekan penyebaran Covid-19 telah memaksa orang untuk pulang dan kembali lebih banyak ada di rumah. Kompleks perumahan semarak dalam diam. 

Sejujurnya, inilah saat paling ideal untuk ngumpul dengan tetangga, menggelar majelis kopi setelah sholat Subuh di masjid, bersepeda bareng, atau sekadar kerja bakti membersihkan lingkungan. Namun, itu semua tidak bisa dan tidak boleh dilakukan. Bahkan untuk sholat jamaah di masjid pun sangat tidak dianjurkan. 

Ini bukan soal masjid yang sepi dan gang-gang di perumahan yang lengang, tetapi soal bagaimana pada akhirnya kita bisa berbuat di tengah teka-teki kondisi dalam kepungan penyebaran virus.

Faktanya, tidak setiap orang menyadari bahwa dipulangkannya mereka dari sekolah, kampus, dan kantor itu untuk berdiam di rumah. Masih banyak lalu lalang kendaraan di boulevard kompleks dan taman selalu penuh di pagi dan sore dengan berbagai kegiatan warga. Apalagi ada faktor menarik yang menyertai aktivitas mereka: tukang cemilan. 

Ruang Kesadaran

Faktor kesadaran tiap orang berbeda-beda dalam menyikapi kebijakan dan anjuran untuk melakukan social distancing. Barangkali karena merasa sehat dan aman, maka sejumlah orang tetap beraktivitas seperti biasa.

Situasi ini tentu kontradiktif dengan sebagian lain yang dengan tertib dan penuh kesadaran berusaha sekuat tenaga untuk tetap berada di rumah dan mengurangi serta membatalkan sejumlah rencana. 

Wajar, memang. Bukankah pengetahuan dan pemahaman tidak selalu berbanding lurus dan berpengaruh terhadap tingkah laku? Namun, bila dalam satu wilayah warganya tidak kompak, apakah mungkin hasil maksimal dari social distancing dapat diraih?

Berbagai diskusi dan tawaran serta tarik menarik ide tentang ruang gerak yang masih bisa diizinkan dan dimaafkan dalam stay at home pun bergulir dan memanas di group wa. 

Semua berlangsung di level pengurus dewan kemakmuran masjid, warga, maupun pengurus rukun tetangga dan rukun warga. Tingkat kedewasaan dan kecerdasan emosional yang baiklah pada akhirnya setiap warga berhasil menemukan ruang kompromi dan mencoba menata kembali sejumlah hal yang memang prioritas dilakukan saat ini. 

Kondisi yang dinilai dapat menegasikan dan mereduksi niat baik dari anjuran dan kebijakan stay at home dan work from home jelas membuat khawatir sejumlah warga. 

Mereka berpikir, kita harus berbuat. Harus ada sesuatu yang kita lakukan agar kebijakan dan anjuran social distancing benar-benar bermanfaat, berkualitas, dan efektif. 

Oleh karena itulah, atas inisiatif sejumlah warga dari unsur Dewan Kemakmuran Masjid Al-Ikhlash, pengurus Rukun Warga 12, dan sejumlah relawan, pada Sabtu, 21 Maret 2020 terbentuklah Satuan Tugas (Satgas) Anti Covid-19 di lingkungan RW 12 Depok Maharaja.  Sumber pendanaannya pun ditanggung renteng bersama antara DKM, RW, dan warga.

Kepedulian dan Kebersamaan

Sejumlah langkah strategis langsung dilakukan Satgas ini. Pertama, menetapkan saluran komunikasi resmi. Salah satu aktivitas penting dalam memasyarakatkan dan menyosialisasikan aktivitasnya, Satgas membutuhkan media yang sudah establish (supaya hemat waktu dan energi). 

Untuk itulah, WA Group yang semula menjadi media informasi seputar masjid langsung diubah fungsinya menjadi media untuk menyampaikan program dan informasi Satgas.

Group WA itu pun diubah menjadi group satu arah. Hanya Humas dan Pengurus Satgas yang memiliki hak posting. Selain itu , Satgas membuka link agar warga yang belum bergabung dapat berpartisipasi di group. WA Group itu pun dikendalikan oleh para pengurus.

Saluran informasi ini sangat strategis. Sebagian besar kepala keluarga dan wakil kepala keluarga langsung dapat mengakses seluruh informasi tentang program dan aktivitas Satgas dari group WA tersebut.

Selain itu, setiap ketua RT ditunjuk langsung sebagai PIC di wilayahnya masing-masing untuk meneruskan berbagai informasi dari group tersebut kepada warganya yang belum bergabung.

Kedua, Satgas menutup sejumlah akses masuk ke wilayah RW 12. Selanjutnya, di pintu masuk yang ditutup ditempel spanduk dan banner perihal sejumlah langkah yang harus dilakukan warga dalam rangka memutus mata rantai penyebaran virus corona. 

Sistem satu pintu pun diberlakukan. Dengan demikian, arus keluar masuk kompleks dapat terkontrol dengan baik oleh satpam. Menurut rencana, nanti di pos satpam akan dilengkapi dengan hand sanitizer dan Thermo Gun Non Contact. 

Ketiga, Satgas memberikan edukasi dan sosialisasi apa dan bagaimana pelaksanaan social distancing di lingkungan RW 12. Mereka berkeliling sambil membawa pengeras suara dan di sejumlah titik mereka melakukan orasi penerangan. Ini sangat efektif dan disukai warga.

Keempat, Satgas mendata kondisi kesehatan warga melalui Google Form. Data itulah nantinya yang akan menjadi titik berangkat dari sejumlah program. Pendataan ini melibatkan secara intensif para ketua RT di lingkungan RW 12. 

Kelima, Satgas melakukan disinfeksi atau penyemprotan cairan desinfektan ke seluruh ruas jalan di lingkungan RW 12. Ini dilakukan sejak pagi hingga tengah hari. Ini disambut dengan sangat antusias warga. Seluruh unsur pengurus dari enam RT berpartisipasi dalam penyemprotan tersebut. 

Keenam,  Satgas melakukan proses konsolidasi dan pemberdayaan organisasi. Untuk itu, mereka sudah membagi tugas dan wewenang ke dalam sejumlah koordinator. 

Koordinator yang sudah terbentuk adalah koordinator pencegahan, penanganan korban, kuncitara (jika diperlukan) dan masalah sosial, penindakan, pendataan warga, pamdal, humas, peran kader kesehatan dan PKK, dan perekrutan relawan. 

Dengan melengkapi komponen organisasi ini, program Satgas diyakini akan lebih terkoordinasi, terencana, dan terimplementasikan dengan baik pada kehidupan warga RW 12 selama berjangkitnya Covid-19. 

Ketujuh, Satgas selalu dan tetap melakukan komunikasi dan koordinasi ke sejumlah dinas dan instansi terkait: polsek, koramil, dan tentu saja Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok. 

Inilah sebuah upaya. Soliter yang melahirkan solider. Keberadaan Satgas Anti Covid-19 Depok Maharaja adalah manifestasi dari kekompakan warga untuk berbuat nyata dalam suasana serba darurat akibat Covid-19. 

Satgas lahir sebagai wujud kepedulian dan kebersamaan seluruh warga RW 12 Depok Maharaja. Tentu ini sebuah langkah yang sangat positif yang patut diapresiasi dengan bersama-sama menyukseskan seluruh agenda dan program Satgas. Semoga upaya ini menjadi catatan amal soleh untuk seluruh yang terlibat aktif dan berkontribusi di dalamnya. 

Semoga Covid-19 cepat berlalu dan kita dapat melakukan aktivitas kembali dengan normal. Stay Safe, Healthy, and Happy!

Depok, 26 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun