Namun, topeng tidak sama dengan kepura-puraan. Karena kepura-puraan hanya akan berjodoh dengan ketidaktulusan. Jadi, jujur dan hadirlah dengan keutuhan, bukan dengan kepura-puraan. Jalinlah front stage dan back stage dengan indah dan manis agar panggung menjadi lebih bermakna.
Untuk para guru, dosen, dan trainer, jangan pernah lupa. Kita di panggung sekarang. Peran kita telanjang di hadapan semesta. Yang bersembunyi di balik topeng, akan lelah di tengah perjalanan.Â
Yang berdusta demi reputasi, akan tenggelam digulung sejarah keserakahan. Sejatinya, atas amanah mulia untuk menjadi teladanlah mengapa kita berupaya keras agar jujur dengan kehadiran yang utuh.
Ruang kelas adalah panggung, tetapi bukan panggung monolog tempat guru tebar pesona dan ngoceh sendiri sejak mulai belajar sampai bel akhir berbunyi. Ruang kelas adalah sebentuk kehangatan pertemuan puluhan dunia dan persepsi tentang sesuatu yang penting dibicarakan dan bermakna untuk kehidupan.Â
Sebagai ruang dialogis, di situ bertemu dunia lintas generasi untuk menciptakan berbagai pemahaman dan pemaknaan baru yang senantiasa menawarkan berbagai optimisme.Â
Bisa jadi, ruang kelas menjadi benteng terakhir pendidikan, karena di luar sana siswa susah payah mencari teladan. Oleh karena itu, dialog yang tergelar pun seharusnya dapat saling membesarkan dan mengapresiasi.Â
Ceritanya harus happy dan romantis, bukan horor apalagi tragedi. Bila yang mempertemukan kita hanya kepentingan dan kebutuhan, adab dan keluhuran budi jadi dongeng semata. Ruang kelas pun mati!
Aku terserang kantuk. Tak terasa hampir 12 purnama kulukis senyummu di antara topeng, skenario yang belum rampung, properti seadanya, dan tata panggung sederhana. Ketika cahaya menangkap kegusaranmu, masa lalu dan mimpi tiba-tiba berkelindan dan kau sembunyi di balik cadar waktu. Lakon ini terlalu berliku.Â
Tapi kita tidak pernah berani mengakhirinya. Ketika penonton terakhir meninggalkan kursinya, aku berbisik pada Goffman: bolehkah kukawinkan penamu seperti hendak kutawarkan juga pada Chomsky?
Ketiga, ruang kelas adalah tempat merayakan kegembiraan dan pencapaian. Siswa tidak perlu tahu konsep yang kompleks tentang belajar dan mengajar. Yang mereka butuhkan dan dengan semangat ingin mereka jalani adalah berproses dengan bahagia dengan segala dinamika pencapaian.Â
Mereka ingin  belajar dengan gembira. Inilah titik berangkat yang menyenangkan dalam belajar. Kegembiraan dan keceriaan yang terarah akan membantu kelas menjadi fokus dan kondusif. Jangan rusak suasana dan kehangatan ini dengan sejumlah ketidaksiapan karena kurang persiapan.