"Buk, saya pesan kopi hitam satu. Gulanya sedikit aja", akhirnya Ali menemukan warung yang sepertinya harganya bersahabat.
"Iya mas", balas ibu pemilik warung.
Ali menyalakn rokok untuk kemudian mengecek gmail yang barangkali ada orang meminta bantuan untuk mengeditkan. Tiba-tiba di sampingnya ada perempuan yang berdiri. Dia memakai kerudung berwarna abu-abu dan baju gamis berwarna merah. Pakaian yang identik dengan budaya pesantren. Perempuan itu menyapa Ali dengan melemparkan senyuman kepadanya untuk kemudian memanggil ibu pemilik warung. Ali juga balas tersenyum.
"Ibu, saya beli bawang merah, bawang putih sama cabai ya. Masing-masing 1 kilogram. Sama beli ikan pindangnya ini satu", Ali hanya memperhatikan dengan seksama.
"Walah, cabainya masih kosong mbak. Gimana?", Ibu pemilik warung meminta maaf.
"Oh, kalau begitu cabainya tidak usah buk"
"Oke mbak. Sebentar ya saya siapkan dulu"
Ali masih fokus mengecek gmailnya. Perempuan yang sedari tadi berdiri di samping Ali mencoba mencuri-curi pandang. Barangkali Ali akan melihatnya lagi. Tapi sepertinya keajaiban tidak berpihak kepada perempuan itu. Ali tidak menyadari bahwa sedari tadi dia dipandangi.Â
"Ini mbak sudah. Totalnya jadi Rp 40.000,-"
"Eh iya buk, ini uangnya", perempuan itu terkaget karena sedari tadi memandangi Ali.
"Iya mbak, terima kasih banyak", Ibu pemilik warung kembali ke belakang untuk menyiapkan kopi yang dipesan Ali.