2. Obrolan di Warung Buk Rum
Pagi itu udara terasa sangat dingin. Awan hitam masih menggantung di angkasa. Sisa hujan tadi malam membuat sebagian orang malas untuk beraktivitas. Ali yang baru kembali dari mushola dekat kontrakan memutuskan untuk mampir sejenak di warung Buk Rum. Menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi dan beberapa gorengan ketika cuaca sedang dingin memang terasa nikmat bagi sebagian orang. Tapi bagi beberapa orang, menarik kembali selimut itu lebih nikmat.
"Assalamu'alaikum Ibuk", sambil duduk di kursi depan warung.
"Wa'alaikumussalam, Eh nak Ali. Monggo-monggo, mau pesen apa ini?", Buk Rum keluar sambil memakai celemek di badannya. Warung Buk Rum ini memang menjadi ikon di tempat tinggal Ali. Banyak warga sekitar tempat tinggal Ali yang pergi ke warung ke Buk Rum, bahkan pak lurah seberang desa juga pernah ke warung Buk Rum ini. Sebenarnya dari segi masakan, tidak jauh beda dengan warung kebanyakan, namun karena warung ini memiliki pemandangan yang langsung menghadap perbukitan, menjadikan warung Buk Rum ini cocok sebagai tempat untuk sekedar bersantai.
"Saya pesan kopi hitam satu buk, yang agak pahit"
"Siap nak Ali", berbalik badan dan kembali ke dapur
Ali mengeluarkan gawainya, memeriksa kembali gmail. Barangkali ada satu dua orang meminta jasanya untuk mengeditkan foto ataupun video. Masih kosong. Tidak ada pesan masuk sama sekali.
"Huft, kok akhir-akhir ini makin sepi ya orang cari jasa edit. Apa mungkin manusia jaman sekarang udah bisa mengedit video sendiri ya?", Ali menggerutu sendiri ini.
"Monggo nak Ali kopinya", tiba-tiba Buk Rum datang menyuguhkan kopi di meja depan Ali. "Nak Ali kok kelihatan lesu begitu? Buk Rum boleh ikut duduk, Ali?", melihat Ali yang terlihat lesu, membuat Buk Rum tertarik untuk berbincang-bincang sebentar dengan Ali.
"Oh, monggo Buk Rum. Apa sih yang tidak boleh buat Buk Rum", Ali menyilahkan duduk Buk Rum.
"Daritadi ibuk lihat kok nak Ali kelihatan lesu gitu. Ada apa emangnya?", Buk Rum memulai percakapan.