Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjadi Manusia Tangguh dengan Filsafat Teras

31 Mei 2021   12:41 Diperbarui: 31 Mei 2021   12:42 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
crowndistilleries.com

Di zaman yang serba digital seperti sekarang ini tentu kita akan mendapatkan banyak sekali kemudahan.  Mulai dari yang hanya berbagi kabar hingga yang internet sebagai sarana media belajar. 

Kita sudah mendapatkannya dengan sangat instan. Bahkan hanya untuk belanja ataupun makanpun kita sudah tidak perlu lagi capek-capek keluar rumah. 

Tinggal buka aplikasi Grab atau Gojek kita sudah bisa memilih makanan apa yang ingin kita makan. Lalu tak selang beberapa saat abang-abang ojolpun tiba di depan rumah. Semudah itu.

Namun, kemudahan yang disajikan pada saat ini nyatanya juga membawa efek yang buruk bagi mental manusia. Tidak sedikit dari manusia yang nyatanya belum siap untuk menerima itu semua. 

Bahkan ada yang sampai stres dan depresi. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah karena terlalu sering melihat postingan di facebook atau instagram yang isinya bisa membuat kita semua insecure alias minder. Karena seperti yang kita tahu pada zaman sekarang ini apa-apa itu (terkadang) diukur berdasarkan kuantitas, bukan kualitas.

Akibat depresi yang berlebihan itu, tak sedikit pula manusia yang tidak bisa mengontrol emosinya. Hari-harinya diisi dengan menggerutu dan mengeluh. 

Entah itu menyalahkan diri sendiri atau faktor yang ada di luar dirinya.  Dan hal itu dapat menjadikan diri kita menjadi tidak produktif karena hanya memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan.

Filsafat Teras

Pada tanggal 21 Mei kemarin, penulis baru saja membeli sebuah buku yang berjudul "Filosofi Teras" karya Henri Manampiring. Sebuah buku yang mana menurut penulis sangat bagus dan bisa menjadi rekomendasi bagi kita semua di era seperti sekarang ini. Salah satu filsuf Yunani yang menjadi pelopor filsafat ini adalah Zeno. 

Dia adalah seorang pedagang kaya. Suatu hari dia hendak melakukan perjalanan perdagangan dari Phoenicia ke Peiareus. Namun naas kapal yang dia tumpangi karam hingga akhirnya dia terdampar di Athena. 

Dan kemudian disanalah kehidupannya berganti 180 derajat yang awalnya dia seorang pedagang kaya, namun akhirnya dia mau tidak mau harus menjalani kehidupan barunya di Athena dan menjadi Filsuf disana dan salah satu pelopor filsafat stoa atau filsafat teras.

Dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, kita disuguhkan filsafat yang jauh dari kata njlimet dan sulit. Filsafat yang identik dengan pembahasan yang sulit dan mengantuk berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan dalam buku tersebut. Malah penulis merasa sangat enjoy saat membaca buku tersebut. 

Dan sudah pasti di dalamnya ada banyak sekali kiat-kiat bagaimana cara kita menghadapi kehidupan ini dengan filsafat stoa atau filsafat teras. Diantara hal yang bisa dijadikan sebagai salah satu kiat dalam menjalani hidup masa kini adalah sebagai berikut:

1. Berhenti memikirkan sesuatu yang diluar kendali kita

Di dunia ini ada sesuatu yang bisa kendalikan namun ada juga yang tidak bisa kita kendalikan sepenuhnya. Contoh hal yang bisa kita kendalikan adalah belajar, makan, minum, pendapat kita sendiri dan sebagainya, sedangkan contoh hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah kesehatan, kekayaan, macet di jalan, pendapat orang lain dan sudah pasti kematian. 

Seperti cerita Zeno diatas, sudah sepatutnya kita tidak memikirkan sesuatu yang mana itu tidak bisa kendalikan. Dengan demikian, kita tidak akan terus terpuruk dengan ketika kita mendapatkan suatu masalah. 

Begitu juga cara kita menyikapi kematian. Epictetus mengatakan, "ketika engkau mencium anak atau istrimu, anggaplah engkau hanya mencium manusia". maksud dari Epictetus ini adalah kita harus bisa menyikapi segala sesuatu dengan rasional, dengan berfikir manusia adalah makhluk yang fana kita tidak akan terus-terusan bersedih dan akan lebih menghargai ketika bersama orang-orang yang dekat.

2. Segala sesuatu ada hukum sebab akibat, sekecil apapun itu.

Pernahkah kalian berpikir bahwa kepakan kupu di Amerika bisa menyebabkan badai di China? Inilah yang disebut dengan Butterfly Effect. Hanya karena kepakan kupu-kupu di Amerika pada tempat dan waktu yang tepat bisa menyebabkan badai yang dasyat di China. 

Inilah yang dinamakan dengan hukum sebab akibat. Begitu juga dengan kehidupan kita di dunia, semua pasti berkaitan dengan hukum sebab akibat. Bahkan kelahiran kira di dunia ini pun berasal dari hukum sebab akibat. 

Oleh sebab itu tidak usah terlalu pusing ketika kita mengalami kegagalan dalam hidup ataupun senang dengan kesuksesan yang kita raih. Jika kita mau berpikir, akan ada banyak sekali faktor yang menjadi penyebab kegagalan dan kesuksesan kita. Dengan demikian kita tidak akan terlalu terbawa oleh kesedihan atau kegembiraan itu. karena kita tidak punya kendali atas kesedihan atau kegembiraan yang akan kita alami

Dan masih banyak lagi tulisan-tulisan yang bagus dalam buku ini. Dan buku ini bisa menjadi pedoman kita dalam menghadapi kehidupan masa depan yang penuh dengan tanda tanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun