(3) Mo pigi mana ngana? Kita mo iko uti.
'Akan pergi mana kamu (pw) ? Aku akan ikut (pw)'
'Kamu mau ke mana ? Aku ikut dong'
(4) Ibu, barapa saya pe nilai uti ?
'Ibu, berapa saya (poss) nilai (pw) ?
'Bu, nilai saya berapa ?'
Partikel wacana uti berdistribusi di akhir dari sebuah satuan sintaksis. Uti pada kalimat (1) dan (2) berfungsi emotif, yaitu sebagai pengungkap emosi si penutur. Pada kedua data tersebut, partikel wacana uti bermakna pragmatis expressive, yaitu menyatakan sikap psikologis.
Pada kalimat (3) dan (4), partikel wacana uti juga berfungsi emotif. Namun berbeda dengan makna pragmatis pada kalimat (1) dan (2), partikel wacana uti pada kalimat ini bermakna direktif, yaitu meminta.
Yang menjadi pembeda makna pragmatis partikel wacana uti pada data (1) dan (2) dengan data (3) dan (4) adalah posisi atau letak partikel wacana tersebut dalam kalimat.Â
Pada kalimat (1) dan (2), uti berada di belakang nomina, dimana partikel wacana uti tersebut berfungsi mempertegas kata sifat yang menjelaskan nomina yang diikutinya.
(1) Â Â Â Gaga skali ini baju uti.
'Baju ini bagus sekali'
Pada kalimat di atas, partikel wacana uti berfungsi mempertegas kata sifat 'bagus' yang menjelaskan nomina 'baju'. Hal ini memperlihatkan bahwa partikel wacana uti dalam kalimat (1) di atas bermakna pragmatis expressive, yang menyatakan bahwa si penutur sangat menyukai 'baju' yang dilihatnya.
Untuk memperjelas, dapat dilihat dalam kutipan percakapan berikut ini :
A : Ian, Un ada bili baju, ngana tida mo lia ?
‘Ian, Un beli baju nih. Mau lihat?’
B : Mana ? Ian mo lia kamari.
‘Sini aku lihat.’
A : Napa.
‘Ini.’
B : Ala... Gaga skali ini baju uti. Ngana bili dimana? Kita olo suka.
‘Wah, baju ini bagus sekali. Kamu beli dimana? Aku juga mau dong.’
Dalam konteks percakapan di atas, terlihat jelas bahwa si penutur (B) sangat menyukai baju yang dimiliki oleh si lawan tutur (A).
Berbeda dengan kalimat (1) dan (2), pada kalimat (3) partikel wacana uti berada di belakang kata kerja.