Mohon tunggu...
fahria malabar
fahria malabar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

a working mom who loves taking care of her family

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

“Uti”: Partikel Wacana Bahasa Melayu Dialek Gorontalo (Sebuah Kajian Linguistik)

29 Juni 2022   15:25 Diperbarui: 29 Juni 2022   15:36 2691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Partikel adalah fenomena menarik dalam sebuah bahasa. Partikel bisa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam setiap bahasa. Oleh karena itu pembahasan tentang partikel menarik bagi para peneliti bahasa. 

Menurut Parre (2010:34) partikel menambah dimensi interpersonal terhadap suatu ujaran. Östman (1981) mengatakan bahwa partikel berinteraksi dengan gejala gejala linguistik seperti intonasi, tenses, dan modalitas. 

Dengan kata lain seorang penutur bisa saja menyampaikan pesan yang sama dengan menggunakan  jenis prosodi tertentu atau dengan menggunakan partikel pragmatik tertentu.

Partikel, seperti yang dikemukakan di atas mempunyai fungsi yang berbeda beda dalam tiap bahasa. Misalnya,  menurut Lindstorm (2008:65) partikel biasanya digunakan untuk mengatur ujaran dan untuk mempermudah arus percakapan. 

Makna suatu partikel bervariasi sesuai dengan tata aturan giliran dalam percakapan serta pemahaman penutur tentang konteks. Banyak ungkapan pragmatik mempunyai makna yang berbeda yang tergantung pada konteks dan situasi dimana mereka digunakan. Oleh karena itu sulit menganalisanya tanpa menyertakan konteks.

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan kajian linguistik terhadap salah satu partikel wacana dalam bahasa Melayu dialek Gorontalo, yaitu partikel wacana uti

Bahasa Melayu yang digunakan di Gorontalo merupakan Bahasa Melayu Manado yang banyak mendapatkan pengaruh dari bahasa daerah Gorontalo. 

Pengaruh bahasa daerah Gorontalo ini terlihat dalam penggunaan kosakataya, juga dalam partikel wacana yang digunakan dalam bahasa Melayu dialek Gorontalo, salah satunya adalah uti.

Data dalam tulisan ini diambil dari percakapan sehari-hari yang terjadi di lingkungan penulis dengan cara direkam. Data yang berupa ujaran-ujaran yang mengandung partikel wacana uti tersebut kemudian dideskripsikan berdasarkan fungsi dan makna yang terdapat dalam masing-masing ujaran.

(1) Gaga skali ini baju uti.
'Bagus sekali ini baju (pw)'
'Baju ini cantik sekali'

(2) Cantik skali ngana pe anak uti.
'Cantik sekali kamu (poss) anak (pw)'
'Anakmu cantik sekali'

(3) Mo pigi mana ngana? Kita mo iko uti.
'Akan pergi mana kamu (pw) ? Aku akan ikut (pw)'
'Kamu mau ke mana ? Aku ikut dong'

(4) Ibu, barapa saya pe nilai uti ?
'Ibu, berapa saya (poss) nilai (pw) ?
'Bu, nilai saya berapa ?'

Partikel wacana uti berdistribusi di akhir dari sebuah satuan sintaksis. Uti pada kalimat (1) dan (2) berfungsi emotif, yaitu sebagai pengungkap emosi si penutur. Pada kedua data tersebut, partikel wacana uti bermakna pragmatis expressive, yaitu menyatakan sikap psikologis.

Pada kalimat (3) dan (4), partikel wacana uti juga berfungsi emotif. Namun berbeda dengan makna pragmatis pada kalimat (1) dan (2), partikel wacana uti pada kalimat ini bermakna direktif, yaitu meminta.

Yang menjadi pembeda makna pragmatis partikel wacana uti pada data (1) dan (2) dengan data (3) dan (4) adalah posisi atau letak partikel wacana tersebut dalam kalimat. 

Pada kalimat (1) dan (2), uti berada di belakang nomina, dimana partikel wacana uti tersebut berfungsi mempertegas kata sifat yang menjelaskan nomina yang diikutinya.

(1)       Gaga skali ini baju uti.
'Baju ini bagus sekali'

Pada kalimat di atas, partikel wacana uti berfungsi mempertegas kata sifat 'bagus' yang menjelaskan nomina 'baju'. Hal ini memperlihatkan bahwa partikel wacana uti dalam kalimat (1) di atas bermakna pragmatis expressive, yang menyatakan bahwa si penutur sangat menyukai 'baju' yang dilihatnya.

Untuk memperjelas, dapat dilihat dalam kutipan percakapan berikut ini :

A : Ian, Un ada bili baju, ngana tida mo lia ?
‘Ian, Un beli baju nih. Mau lihat?’
B : Mana ? Ian mo lia kamari.
‘Sini aku lihat.’
A : Napa.
‘Ini.’
B : Ala... Gaga skali ini baju uti. Ngana bili dimana? Kita olo suka.
‘Wah, baju ini bagus sekali. Kamu beli dimana? Aku juga mau dong.’

Dalam konteks percakapan di atas, terlihat jelas bahwa si penutur (B) sangat menyukai baju yang dimiliki oleh si lawan tutur (A).
Berbeda dengan kalimat (1) dan (2), pada kalimat (3) partikel wacana uti berada di belakang kata kerja.

(3) Mo pigi mana ngana? Kita mo iko uti.
'Kamu mau ke mana ? Aku ikut dong.

Partikel wacana uti pada kalimat di atas, bermakna pragmatis direktif, yaitu meminta. Dalam hal ini, partikel wacana uti tersebut mempertegas maksud memintanya, sehingga bermakna memohon. Selain pada kalimat (3), makna direktif partikel wacana uti dapat juga dilihat pada kalimat berikut:

(4) Ibu, barapa saya pe nilai uti?
'Bu, nilai saya berapa ?

Pada kalimat (4) di atas, partikel wacana uti berada di posisi akhir pada sebuah kalimat tanya. Fungsi partikel wacana uti dalam kalimat (4) adalah untuk memperhalus pertanyaan yang disampaikan oleh si penutur. Selain itu, partikel wacana ini juga mengindikasikan bahwa si penutur sangat berharap mendapat jawaban dari lawan tuturnya atas pertanyaan yang disampaikannya.

Selain itu, partikel wacana uti juga dilekatkan pada akhir sebuah kalimat perintah, seperti yang terlihat pada data berikut ini:

(5) Un, tutup ksana itu pintu uti.
'Un, tolong tutup pintunya.'

Pada kalimat (5) di atas, dapat dilihat bahwa uti berfungsi memperhalus makna direktif, yaitu menyuruh. Dalam konteks kalimat di atas, si penutur secara halus menyuruh lawan tuturnya untuk menutup pintu. Dalam konteks ini, partikel wacana uti dapat dipadankan dengan kata ”tolong” dalam Bahasa Indonesia.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa partikel wacana uti secara sintaksis berdisrtibusi di akhir kalimat dan menimbulkan beberapa makna pragmatis sesuai dengan konteks penggunaannya. Secara keseluruhan, uti memiliki fungsi sebagai partikel yang memperhalus pernyataan, pertanyaan, maupun permintaan, serta mempertegas makna ekspresif.

Referensi:
Lindström, Jan. 2008. Turn and order:Introduction to Swedish conversational grammar. Stockholm: Norstedts.
Östman, Jan-Ola. 1981. You Know: A discourse-functional approach.  Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.
Tamminen-Parre, Saija. (2010). Attitudes and geographical variation in the use of pragmatic particles in Faroese: The case of sært tú, hoyr(ir) tú, skilir tú and veitst tú. Nordlyd : Tromsø university working papers on language & linguistics / Institutt for språk og litteratur, Universitetet i Tromsø. 36. 10.7557/12.228.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun