Di era digital ini, media sosial telah menjadi komponen yang sangat penting dalam kehidupan banyak orang, terutama para pemuda. Di era digital yang kian berkembang pesat, media sosial telah menjadi platform utama yang memiliki dampak besar terhadap perilaku dan gaya hidup generasi muda. Dalam lingkungan media sosial, para influencer telah muncul sebagai figur yang sangat mempengaruhi pola pikir, preferensi, dan keputusan konsumsi yang dibuat oleh generasi muda. Dengan jangkauan yang luas dan daya tarik yang kuat, influencer memiliki kekuatan untuk mempengaruhi preferensi konsumsi, gaya hidup, dan bahkan prinsip-prinsip yang dipegang oleh generasi muda.
Menurut Ben Soebiakto selaku pengamat digital lifestyle, generasi muda sangatlah konsumtif, salah satunya dipengaruhi oleh generasi muda yang memiliki figur influencer yang mereka ikuti di platform media sosial yang mereka pilih berdasarkan preferensi dan minat pribadi masing-masing individu. Ben mengatakan bahwa penggunaan atau kepemilikan suatu barang oleh influencer yang diikuti oleh seorang pemuda akan terdorong untuk membelinya juga. Menurutnya, endorsement melalui influencer media sosial adalah strategi pemasaran yang lebih berhasil bagi generasi muda dari pada iklan televisi (CNN Indonesia, 2018).
Fenomena ini disebabkan karena generasi muda cenderung memiliki hubungan yang lebih kuat dengan media sosial dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka menghabiskan banyak waktu di platform seperti Instagram, YouTube, TikTok, dan Twitter, di mana para Influencer memegang peran penting dalam memperkuat identitas sosial dan budaya mereka. Melalui konten yang mereka bagian, influencer tidak hanya menjadi figur yang diidolakan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan panduan dalam keputusan konsumsi dan gaya hidup.
Generasi muda cenderung lebih mudah terpengaruh oleh gaya hidup dan pola konsumsi yang ditampilan oleh para influencer di media sosial. Hal ini dikarenakan, di era digital ini, influencer telah menjadi figur penting bagi generasi muda. Melalui berbagai platform media sosial, digunakan oleh para influencer untuk menunjukkan gaya hidup dan pola konsumsi mereka kepada para pengikutnya.
Para generasi muda, yang sedang mencari jati diri, mempunyai dorongan untuk terhubung, dan cenderung bertindak impulsif, menjadi kelompok yang rentan dipengaruhi oleh para influencer. Pemuda seringkali menghabiskan waktu mereka di media sosial, di mana mereka terus-menerus terpapar oleh konten-konten yang diposting oleh para influencer. Paparan yang intens inilah yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap pengaruh dan pesan yang disampaikan oleh para influencer.
Influencer dikenal sebagai seseorang yang memiliki jumlah pengikut yang besar di media sosial. influencer sendiri berasal dari kata "influence", yang berarti mempengaruhi. Mempengaruhi disini berarti mereka yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi banyak orang atau penonton secara luas, baik pada barang dan jasa yang ditawarkan maupun terhadap gaya hidup (Amalia, 2022). Menurut Evelina dan Fitrie, influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi, mengubah perilaku, dan opini seseorang. Dengan kemajuan pesat dalam bidang teknologi di era revolusi industri saat ini, sangat mudah untuk mempengaruhi banyak orang dalam berbagai media maupun platform (Maulana dkk, 2019).
Para pemuda cenderung hidup dalam budaya konsumsi yang memprioritaskan kepuasan cepat. Mungkin lebih mendasarkan keputusan pembelian pada dorongan spontan daripada merencanakan pembelian jangka panjang. Mereka aktif mengikuti tren konsumen, seperti dalam bidang makanan, fashion, atau hiburan, yang dapat mendorong mereka untuk melakukan pembelian impulsif saat tren sedang naik daun (Nisa dan Wijayani, 2024:32).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana influencer mempengaruhi perilaku konsumsi dan gaya hidup pemuda. Pertama, mempromosikan produk dan layanan. Para influencer seringkali bekerjasama atau berperan sebagai perwakilan suatu produk atau layanan. Dengan memasukkan promosi dalam konten mereka secara halus, mereka mampu meyakinkan pengikutnya untuk membeli produk atau jasa yang dipromosikan. Para influencer seringkali mempromosikan produk dan merek tertentu dengan cara memberikan ulasan, membuka kotak produk (unboxing), atau terkadang mereka menggunakan pendekatan yang lebih alami dengan menyelipkan produk atau layanan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya, influencer yang para pemuda ikuti dapat mempengaruhi mereka untuk membeli produk atau layanan yang direkomendasikan tersebut.
Kedua, sebagai model gaya hidup. Para influencer kerap menjadi model gaya hidup bagi generasi muda dalam berbagai aspek kehidupan, seperti mode, kecantikan, perjalanan, kuliner, dan hiburan. Melalui gaya hidup yang mereka tampilkan di media sosial, mereka mampu mempengaruhi persepsi tentang hal-hal yang dianggap "keren" atau "tren" di kalangan pemuda. Dengan begitu, gaya hidup yang dipromosikan oleh mereka dapat menjadi inspirasi bagi para pengikut mereka.
Ketiga, sebagai pengaruh pada pembelian impulsif. Dengan memperlihatkan produk dalam konten mereka yang menarik atau ekslusif di media sosial, influencer dapat mempengaruhi pembelian impulsif, di mana generasi muda yang terinspirasi oleh mereka dapat memilih untuk membeli produk tersebut tanpa perencanaan sebelumnya.
Meskipun begitu, peran influencer dalam membentuk pola konsumsi dan gaya hidup pemuda tidak selalu membawa dampak yang positif. Pemuda seringkali rentan terhadap desakan untuk mengikuti tren, meniru gaya hidup yang ditampilkan oleh influencer, dan terperangkap dalam pola konsumsi yang mungkin tidak sejalan dengan nilai atau kebutuhan mereka sendiri.
Oleh karena itu, sangat penting bagi generasi muda untuk secara kritis mempertimbangkan pengaruh dari para influencer di media sosial. Mereka perlu meningkatkan kemampuan untuk menyaring informasi, menilai rekomendasi, dan mengambil keputusan konsumsi yang lebih cerdas dan bertanggung jawab. Selain itu, influencer dan pihak terkait lainnya perlu bertanggung jawab dalam menyampaikan pesan-pesan promosi serta gaya hidup yang sehat dan berkelanjutan. Mereka memiliki kemampuan untuk membentuk opini dan tindakan generasi muda, sehingga memiliki tanggung jawab moral untuk mengedepankan nilai-nilai positif, kesadaran lingkungan, dan gaya hidup yang seimbang dan berkelanjutan.
Dengan kerja sama antara generasi muda, para influencer di media sosial, dan pihak terkait lainnya, kita dapat menciptakan lingkungan media sosial yang lebih sehat. Lingkungan ini akan mendukung pertumbuhan positif generasi muda, membantu mereka membuat keputusan konsumsi yang cerdas, dan mengadopsi gaya hidup yang sesuai dengan nilai-nilai dan aspirasi mereka sendiri.
Â
Referensi
Alasan Generasi Milenial Lebih Konsumtif. (2018, April 19). Diakses pada Maret 30, 2024 dari artikel https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180418215055-282-291845/alasan-generasi-milenial-lebih-konsumtif
Amalia Nur, R. (2022). Dampak Hyperrealitas "Influencer" di Sosial Media terhadap Masyarakat Indonesia. Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 3(1), 85--94.
Maulana, I., & Salsabila, O. (2020). Pengaruh social media influencer terhadap perilaku konsumtif di era ekonomi digital. Majalah Ilmiah Bijak, 17(1), 28-34.
Nisa, K. (2024). Peran Influencer Media Social Dalam Impulsive Buying dan Konsumsi Generasi Z: Studi Kasus Marketplace Shopee. Harmoni: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Sosial, 2(1), 31-43.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H