Mohon tunggu...
Fahrezi Ahmada
Fahrezi Ahmada Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa uin malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah Pancasila dan Perbedaan dengan Ideologi Lainnya

29 Oktober 2024   23:52 Diperbarui: 30 Oktober 2024   00:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sejarah Lahirnya Pancasila

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia mengalami proses perumusan yang melibatkan berbagai tokoh bangsa, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, dan tokoh-tokoh lainnya

 

Sidang BPUPKI I (29 Mei - 1 Juni 1945):

Muhammad Yamin mengajukan lima dasar negara, yaitu: Perikebangsaan, Perikemanusiaan, Periketuhanan, Perkerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Soekarno menyampaikan pidato "Lahirnya Pancasila" pada 1 Juni 1945, di mana ia mengusulkan lima dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.

Sidang BPUPKI II (10-16 Juli 1945):

Terbentuknya Panitia Sembilan yang bertugas merumuskan dasar negara.

Panitia Sembilan menghasilkan Piagam Jakarta sebagai rumusan awal Pancasila.

Sidang PPKI (18 Agustus 1945):

Sila pertama dalam Piagam Jakarta mengalami perubahan menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa" atas usulan tokoh-tokoh agama.

Pancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia.

 

Interpretasi yang Beragam: Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai interpretasi 

Pancasila bukan hanya sekedar dasar negara, tetapi juga menjadi pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 

Meskipun lahir di tengah situasi yang berbeda, nilai-nilai Pancasila tetap relevan hingga saat ini. Pancasila mengajarkan kita arti toleransi, persatuan, keadilan, demokrasi, kemasnusiaan

 

Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya menjadi fondasi bagi bangsa Indonesia dalam membangun negara yang berdaulat, adil, dan makmur.

 

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki lima sila yang saling terkait dan menjadi landasan hidup berbangsa dan bernegara. Setiap sila mengandung nilai-nilai luhur yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia.

 

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Memberikan kebebasan kepada setiap warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Menghargai keberagaman agama dan kepercayaan, toleransi antar umat beragama, serta hidup rukun dan damai.

 

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Memperlakukan sesama manusia dengan adil, serta berperilaku sopan santun serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

 

3. Persatuan Indonesia

Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan menghargai keberagaman suku, bangsa, dan budaya.

 

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Segala urusan negara diselesaikan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Menghargai pendapat orang lain, berkompromi, serta menjunjung tinggi keputusan bersama yang diambil melalui musyawarah.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali serta saling membantu untuk mencapai kesejahteraan bersama.

 

Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari:

- Sila pertama saling menghormati tempat ibadah, merayakan hari besar keagamaan bersama, dan membantu sesama yang membutuhkan.

- Sila kedua bersikap sopan santun, saling tolong menolong, dan tidak membeda-bedakan sesama manusia.

- Sila ketiga menjaga kerukunan antar suku dan agama, dan ikut serta dalam kegiatan yang mempersatukan bangsa.

- Sila keempat menyampaikan aspirasi secara santun, dan menaati peraturan yang berlaku.

- Sila kelima membantu sesama yang kurang mampu, dan menciptakan lapangan kerja.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang sangat relevan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, kita dapat membangun masyarakat yang adil, makmur, dan bersatu.

1. Liberalisme

Liberalisme lebih menekankan pada kebebasan individu, hak asasi manusia, dan pasar bebas. Sedangkan pancasila menyeimbangkan antara kebebasan individu dengan kepentingan bersama serta keadilan sosial.

Ketuhanan: Liberalisme bersifat sekuler, sedangkan Pancasila mengakui keberadaan Tuhan dan memberikan kebebasan beragama.

Ekonomi: Liberalisme menganut sistem ekonomi kapitalis yang bebas, sementara Pancasila mengadopsi sistem ekonomi campuran yang mengutamakan kesejahteraan rakyat.

2. Komunisme

Komunisme menganut sistem ekonomi komunis di mana semua sarana produksi dimiliki negara. Sedangkan pancasila menganut sistem ekonomi campuran yang memberikan ruang bagi sektor swasta. Komunisme lebih mengutamakan kepentingan kolektif daripada individu, sedangkan pancasila menyeimbangkan antara kepentingan individu dan masyarakat. komunisme menggunakan sistem diktatorial, sedangkan pancasila menganut sistem demokrasi dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.

3. Fasisme

Pancasila dan fasisme memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Namun, nasionalisme dalam pancasila menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sedangkan fasisme cenderung otoriter. Fasisme menganut sistem kepemimpinan yang kuat sedangkan pancasila menganut sistem demokrasi dengan pembagian kekuasaan.

4. Nasionalisme di Negara Lain

Banyak negara memiliki ideologi nasionalisme yang kuat, namun seringkali diwarnai dengan unsur-unsur etnis, agama, atau ras tertentu. Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia mengakomodasi keberagaman suku, agama, dan budaya.

Keunikan Pancasila adalah bersifat dinamis dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman juga mampu menyeimbangkan berbagai kepentingan, seperti individu dan masyarakat, agama dan negara, serta hak dan kewajiban.

Pancasila tetap relevan hingga saat ini karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersifat universal dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks. Dan juga bersifat fleksibel dan dapat dikembangkan dalam berbagai cara sesuai dengan perkembangan zaman. 

Meskipun Pancasila sebagai dasar negara memiliki nilai-nilai luhur yang sangat penting, tetapi seringkali kita menemukan berbagai permasalahan dan tantangan. implementasi Pancasila hanya terfokus pada aspek-aspek tertentu. Padahal, nilai-nilai Pancasila seharusnya diimplementasikan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Terkadang menimbulkan perdebatan dan perpecahan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang, kepentingan, dan pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun