Mohon tunggu...
Fahnita Maharani
Fahnita Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa D3 Manajemen Administrasi Universitas Sebelas Maret

Tuang pengalaman ke tulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kontroversial Mendaki, Mencintai Alam atau Merusak Alam?

29 Juni 2024   01:52 Diperbarui: 29 Juni 2024   01:57 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir akhir ini kegiatan mendaki menjadi populer dikalangan masyarakat khususnya pemuda untuk mengapresiasi pada indahnya alam. Popularitas mendaki saat ini menjadi kontroversial sebab para pendaki nya malah merusak alam.

Mencintai Alam melalui kegiatan Mendaki

Para pendaki menganggap hal yang ia lakukan adalah apresiasi terhadap ciptaan tuhan dengan langsung merasakan keindahannya yang tidak bisa didapatkan dari tempat lain. Selain itu, mendaki membuat seseorang merasa lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam misalnya dengan gerakan anti sampah dan penanaman pohon/reboisasi.

Mendaki juga memberi pengetahuan yaitu tentang tatanan ekosistem yang ada di hutan misalnya keberadaan flora dan fauna. Pengetahuan ini bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Pendaki yang sadar akan pentingnya keberadaan ekosistem akan berusaha untuk tidak merusak alam selama perjalanan pendakian misalnya dengan membawa sampahnya turun kembali dan tidak membuka jalur baru dengan membabat hutan.

Untuk sebagian orang, mendaki juga merupakan kegiatan meditasi dan refleksi diri. Kesunyian dan ketenangan alam dapat membuat beberapa orang untuk menemukan kedamaian dan inspirasi.

Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan Mendaki terhadap alam

Tak bisa dipungkiri, bahwa mendaki juga berdampak buruk pada alam. Melihat dari tren mendaki sekarang yang meningkat jumlahnya hal itu memberi tekanan untuk ekosistem di pegunungan. Misalnya dengan sampah sampah yang ditinggalkan oleh pendaki.

Selain sampah, kerusakan jalur pendakian juga menjadi masalah. Setiap langkah yang dipijak, hal sederhana ini dapat merusak vegetasi yang ada. Dan jika jumlah pendaki yang semakin meningkat tanpa pengelolaan yang baik, jalur pendakian bisa semakin rusak dan menyebabkan erosi tanah. Vegetasi yang rusak akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, ada juga kerusakan yang bersifat permanen.

Pembuatan api unggun oleh pendaki di malam hari dapat memberi ancaman pada satwa liar yang ada dan juga menjadi pemicu kebakaran hutan. Putung rokok yang dibuang sembarangan pada musim kemarau khususnya bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran.

Pendaki yang tidak bertanggung jawab juga sering kali merusak flora dan fauna lokal misalnya dengan memetik bunga, vandalisme, dan juga menggangu satwa liar. Tindakan ini tidak hanya merusak keindahan alam, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem.

Mendaki adalah bentuk mencintai alam atau merusak alam?

Dalam hal ini, perlu diketahui bagaimana aktivitas yang dikelola. Pendaki yang bertanggung jawab dan sadar akan ekosistem dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan misalnya dengan membawa turun sampah yang mereka bawa, menghormati budaya sekitar, mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menerapkan safety first.

Pemerintah dan pengelolaan kawasan konservasi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan. Aktivitas pendakian perlu dibatasi dalam satu waktu agar tidak terjadinya over pengunjung, mengedukasi pendaki sebelum kegiatan pendakian dilakukan. Dengan pengelolaan yang baik, aktivitas mendaki bisa menjadi saran lingkungan yang efektif dan mendorong lebih banyak orang untuk peduli dan terlibat dalam pelestarian alam.

Selain itu, penggunaan teknologi juga dapat berperan dalam mengurangi dampak negatif mendaki. Aplikasi pendakian dapat membantu pendaki untuk tetap berada di jalur yang legal dan menghindari daerah yang ilegal.

Mendaki bisa menjadi bentuk mencintai alam jika dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan sadar lingkungan. Namun jika tanpa pengelolaan yag baik dan kesadaran dari para pendaki, aktivitas ini malah bisa merusak alam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadi pendaki yang baik adalah dengan peduli pada ekosistemnya, sehingga generasi mendatang juga bisa merasakan keindahan alam Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun