Pertambahan kasus ini bukan menjadi moment yang paling meyedihkan, namun juga menjadi pengingat agar kita senantiasa menjalankan protokol kesehatan.
Kebingunan publik dalam menyikapi Pandemi bukan karena hoaks yang bertebaran, tapi juga soal komunikasi di jajaran pemerintah yang berbeda-beda antara satu menteri dengan menteri yang lain untuk satu hal yang sama.
Mungkin juga terlalu asyik, kadang banyak ber Improvisasi dalam komunikasi yang akhirnya menimbulkan beragam spekulasi. Kesemrawutan bisa terus menerus menggerus kredibilitas pemerintah, kesemrawutan dalam komunikasi kian ditambah dengan berkembangnya Media Sosial. Di Media Sosial, siapa pun bisa berkata/ngomong apa saja. Sejauh komunikasinya meyakinkan, dia bisa langsung populer dan dapat dipercaya terlepas kebenaran subtansinya
Sayang didalam tubuh pemerintahan pun ada masalah dalam menata komunikasi. Namun, gaya komunikasi pejabat Pemerintah yang congkak dan cenderung menantang publik, justru menimbulkan antipati publik. Gaya komunikasi menantang, bukan mendengarkan, dan menjelaskan, tidak tepat dalam realitas masyarakat yang sudah terbelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H