Mohon tunggu...
Aziz Fahmi Hidayat
Aziz Fahmi Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Santri Nusantara

My Life, My Rule, My Decision

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Empat Malam bersama Rais Syuriah

3 Januari 2022   10:05 Diperbarui: 3 Januari 2022   18:26 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

“Puji Tuhan, sangat beruntungnya Saya,” timpal Saya seraya motek gagang Sein Innova, kendaraan yang Saya pakai selama di Lampung. 

Di lain momen, selepas mengantarkan Beliau dari acara pembukaan Muktamar di Pesantren Daarussa’adah, Gunung Sugih, Lampung Selatan, sedianya Kami mampir untuk makan siang. Saya merekomendasikan rumah makan padang jejaring ternama di Lampung yakni Puti Minang. Dengan warna khasnya yang merah kuning, Saya sempat terkecoh oleh sebuah reklame yang berwarna sama dengan Puti Minang namun begitu didekati ternyata bertuliskan “Cetak Banner”. 

Walhasil Saya digojlok santun oleh beliau. Anda tahu gimana rasanya? Sueneng Pooll.. 

Ada lagi cerita di hari kedua Muktamar sewaktu Kami makan siang di Sate Luwes. Biasanya, Kami makan satu meja. Tapi saat itu Saya makan terpisah dengan tim Khazanah GNH karena banyak Muktamirin yang ingin satu meja makan dengan beliau. 

Setelah makan, Saya ditanya makan apa Mas Aziz? Saya jawab sedikit beretorika, “ Gus, sampai kapan pun dan dengan cara apa pun Saya tidak akan pernah bisa menyamai Jenengan. Tapi ada Satu hal yang bisa buat Saya menjadi sama dengan Gus Nadir. Apa Mas? tanya beliau. “Menu makanan”, jawab Saya. 

GNH melanjutkan bertanya menu apa yang Saya makan. Saya Jawab Sate Kambing dan Sop Kambing. Beliau membalas, Wah sorry Saya tadi makan Tongseng. Jadi tetep ga sama juga.. Hahaha.. 

Di malam terakhir sebelum esoknya masing-masing dari Kami kembali ke rumah, Saya benar-benar jalan berdua dengan GNH. Beliau duduk persis di samping Saya. Saat itu Saya antar beliau bertemu dengan rekan-rekan PCI NU lainnya di daerah Way Halim. Tak banyak kata yang keluar dari mulut Saya sepanjang perjalanan ke lokasi maupun pulang ke hotel beliau bermalam. Hanya sesekali beliau menanyakan tentang aktivitas Saya. 

Begitu ditanya, Saya cerita seleluasanya semasa ada kesempatan berdua dengan Beliau. Ini momen bagus dan langka. Saya meminta doa dari Beliau. Tak banyak yang Saya haturkan. Selain berharap agar bisa ngawal beliau lagi di lain waktu, juga semoga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan.

Malam itu Kami berpisah. Beliau Saya parkirkan di Horison. Sebelum turun, Saya ajak beliau Selfie. Beliau Mau.  

Terima kasih Gus. 

Tabik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun