Tujuannya untuk memberikan waktu bagi pasukan lain di garis belakang memindahkan amunisi dan perbekalan untuk dibawa masuk ke daerah gerilya dan hutan-hutan.Â
Setelah tujuan tersebut dicapai, pasukan Seksi Soeseno mendatangi induk pasukan Kompi pada siang harinya dan melaporkan bahwa pasukan Belanda mulai masuk ke wilayah RI. Pasukan kompi kemudian meninggalkan Wajak karena dinilai sulit dipertahankan dan bergegas menuju dan masuk ke daerah perbatasan garis status quo di hutan Wonosari dengan cara membuka jalan dari Garotan menuju Bambang terlebih dahulu.
Setelah sampai di hutan Wonosari, pasukan Kompi berkumpul di Jajang dan hendak membuka jalan ke Pasuruan dan Probolinggo. Sebagai langkah awal, seluruh kekuatan pasukan menuju ke Desa Pandansari, Kecamatan Jabung. Pada sekitar pukul 07.00 WIB di tanggal yang sama, pasukan kawal depan, yaitu Seksi Sarim bertemu dengan pasukan patroli Belanda yang diperkirakan berkekuatan dua regu yang datang dari pos Poncokusumo. Kontak senjata terjadi dengan sengit dan diakhiri dengan kemenangan Seksi Sarim.Â
Setelah pertempuran di Pandansari, pasukan Kompi Gagal Lodra membuka jalan dengan bergerak menuju Gubugklakah dan tiba saat malam hari. Di desa tersebut, mereka mendapatkan informasi bahwa Belanda telah mendirikan pos pengawasan di Dukuh Tosari. Kompi ini kemudian menyerang pos tersebut pada keesokan harinya dan berhasi merampas sepucuk pistol dan beberapa pucuk senapan.Â
Tndakan tersebut dibalas Belanda dalam serangan balasan terhadap pasukan Kompi Gagak Lodra pada 22 Desember 1948, sekitar pukul 05.00 WIB dengan mengarahkan kekuatan sekitar dua kompi bersenjata lengkap, dibantu pesawat udara dan mobil lapis baja. Dalam pertempuran itu, banyak anggota pasukan Kompi Sabar Sutopo gugur dan luka berat, serta kehilangan senapan mesin 7.7 mm.
Setelah kekalahan dalam pertempuran itu, pasukan diperintahkan bergerak ke timur menuju Jabung. Namun, dalam perjalanan ke Pasuruan terhalang oleh pertahanan yang kuat dari belanda. Pasukan memutuskan untuk kembali dan sampai di Kalijahe yang masuk daerah Tumpang pada masa itu.Â
Mereka berencana akan mengadakan konsolidasi dan memasuki Kota Malang. Selama 2 hari pertempuran, perut dari pasukan dalam keadaan kosong.Â
Oleh sebab itu, Pasukan diperintahkan mencari makanan di sekitar desa terdekat. Pada pukul 12.00, berturut-turut pasukan masuk ke hutan Kalijahe dengan berjalan kaki di sepanjang lembah-lembah agar terlindung dari intaian pesawat udara.Â
Ternyata pasukan Belanda telah menduduki buki-bukit yang berada di atas lembah. Pertempuran akhirnya terjadi antara kedua pasukan. Pertempuran tersebut berlangsung secara sengit namun berat sebelah karena perbedaan posisi. Hal ini diperparah dengan cuaca hujan lebat dan kabut selama pertempuran berlangsung tidak menguntungkan Pasukan Gagak Lodra.Â
Pasukan Belanda dengan leluasa menembaki pasukan Kompi Sabar Sutopo yang berjalan di lembah dengan senapan otomatis dan granat sementara pasukan Kompi Gagak Lodra kesulitan melihat posisi pasukan Belanda. Banyak pasukan indonesia yang gugur dan luka-luka dalam pertempuran ini.
Sebagian pasukan berhasil meloloskan diri melalui sungai menuju perkampungan penduduk dengan kekuatan yang tersisa sekitar 75-100 orang. Sebagian ditugaskan ke Probolinggo dan sebagian lagi ke detasemen Pasuruan.Â