Mendengar kata pesugihan, otak kita akan secara otomatis berfikir tentang dunia mistis yang terkait tentang jalan pintas menuju kaya dengan sebuah SYARAT pengorbanan, baik pengorbanan dengan syarat ringan sampai dengan nyawa anak, istri, kerabat bahkan diri sendiri.
Pesugihan di dunia mistispun banyak jenisnya, ada Babi ngepet yaitu orang yang mau jadi kaya akan berubah jadi babi dan mencuri uang orang yang punya banyak uang sementara ada yg jaga lilin di rumah, ketika lilin ditiup maka babi menghilang. Ada pula pesugihan dengan cara "Meminta" kepada danyang (makhluk halus) setempat, seperti pesugihan di pantai selatan, pesugihan nyi blorong ataupun pesugihan di Gunung Kawi. Dari sekian Pesugihan, ada jenis pesugihan yang menarik, yaitu pesugihan Tuyul.
Pesugihan tuyul adalah pesugihan dengan cara memelihara makhluk halus berukuran mini, biasanya botak, disebut setan gundul alias tuyul. biasanya tuyul akan "liputan" cari uang mencuri uang orang kaya untuk juragannya. biasanya tuyul akan minta "bayaran" sesaji seperti kembang, darah ayam dan menyusu pada istri juragan. itulah kira-kira pengertian umum pesugihan tuyul yg tersebar dari mulut ke mulut di masyarakat Indonesia.
Eeeeiits,...lupa, saya tidak ingin mengulas pesugihan mistis, cukup 3 paragraf saja pengantarnya. Saya akan mengulas tentang pesugihan realistis yang terinspirasi oleh pesugihan mistis Tuyul. Bukan hal yang baru namun bisalah buat pikir-pikir, mari lanjut ke Wirausaha berbasis tuyul.
Akhir2 ini kita banyak mendengar kata wirausaha, pengusaha, usaha sendiri dll, yang intinya adalah bekerja sendiri alias tidak ikut orang. Bahkan di Universitas ada mata kuliah umum KEWIRAUSAHAAN dengan beban 3 SKS. kata Wirausaha semakin popular ketika banyak orang sukses jadi bos dengan bisnis sendiri seperti Bob Sadino misalnya yang bisa santai dan tidak di atur-atur oleh peraturan perusahaan dan atau siapapun. Kata-kata motivasi popular terkait wirausaha pun berkembang seiring dengan populernya dorongan untuk berwirausaha, seperti lebih baik jadi kepala semut daripada ekornya gajah, yang berarti lebih baik jadi bos walau kecil2an daripada kerja di perusahaan besar namun hanya jadi karyawan dan diatur-atur. Semua itu memicu banyak sekali pengusaha muda dan tentu juga menimbulkan banyak sekali karyawan yang mengundurkan diri dari perusahaan untuk membuat bisnis sendiri. jumlah kredit mikro pun semakin meningkat dari tahun ke tahun, karena banyak sekali orang sudah mulai berani meminjam modal ke Bank untuk usahanya.Bukan hanya sampai disitu hari ini di toko buku juga menjamur buku wirausaha dan motivasi yang pengarangnya mulai Doktor, Profesor sampai ahli nujum feng-shui.
Dapat kita lihat efek isu Wirausaha sungguh luar biasa, namun demikian wirausaha dibidang apakah yang bisa menjadi kaya? Terhindar dari debt kolektor yang menagih hutang kita ke Bank karena bisnis wirausaha kita ga bisa jalan? Bagaimana menjalankan wirausaha yang baik?
Maaf, pertanyaan itu tak bisa kujawab, soalnya saya karyawan……
Tapi, cerita saya mungkin bisa lah buat bahan waktu isi luang,..
Ya, saya adalah Karyawan dari seorang pengusaha yang melihat PESUGIHAN TUYULdan PESUGIHAN BABI NGEPETdua Pesugihan yang popular di dunia magis mistis perdukunan ala Indonesia khususnya jawa itu dipadu menjadi satu tapi bukan dengan sudut mistis, namun sudut kreatif. Ya, wirausaha adalah kegiatan yang kreatif dan inovatif, tidak bisa kaku, harus luwes terhadap keadaan. Dan yang paling penting adalah berani “mengambil” resiko bukan “menanggung” resiko. Karena sejatinya wirausaha adalah orang yang mengambil resiko dari sebuah usahanya sendiri. Ya mengambil resiko berarti resiko pasti ada dan harus diambil, namun tidak ditanggung, karena sejatinya resiko bisa di menej, bahkan di share.
Resiko positifsaya lebih menyebutnya untung, dan resiko negative khalayak umum menyebutnya dengan rugi. Berbeda dengan Wirausaha,karyawan seperti saya tidak mengenal resiko di dunia kerja saya. Ketika saya bekerjasangat keras dan menghasilkan banyak uang untuk perusahaan, maka gaji saya akan tetap, dan apabila ketika perusahaan defisit, gaji saya juga tetap, bahkan saya sebagai buruh dilindungi dari sekian banyak resiko negative melalui undang-undang.
Ok, dua kata kunci, kreatif dan be brave to take a risk, menjadikan perusahaan saya berkembang secara Nasional. Dimana-mana ada nama perusahaan saya. Perusahaan saya bergerak meliputi Produksi sampai dengan distribusi langsung (direct distribution) dan distribusi tak langsung (undirect distribution/ konsinyasi); sehingga resiko produksi (barang yang tak kunjung menghasilkan cash flow karena tak terjual) dapat terminimalisir dengan cara direct distribution. Biasanya orang yang bekerja di bidang ini disebut marketing direct.
Marketing Direct mempunyaibanyak sebutan, bahasa kerennya sales keliling,Wira Niaga, bisa juga disebut pedagang bergaji, kalau dibidang kredit bank disebut konsultan financial, dibidang buku disebut konsultan pendidikan, sales rumah disebut konsultan property. Ya, banyak yang menganggap marketing direct sebagai konsultan gratis, krarena pelanggan secara langsung dapat bertanya apa keunggulan dan kelemahan sebuah produk, pilihan-pilihan produk dan kira-kira produk mana yang cocok bagi pelanggan disesuaikan oleh budget dan kebutuhan pelanggan.
Marketing dalah orang yang sangat berperan penting terhadap proses distribusi langsung melalui cara memasarkan barang langsung ke pelanggan.biasanya mereka dibebani target yang berbanding lurus dengan rasio biaya, bahkan ada yang merangkap sebagai debt collector sekaligus. Mereka harus merencanakan penjualan, karena terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh targetnya. Inilah konsep TUYUL yang saya maksud. Bos pemilik modal memelihara banyak tuyul (marketing direct) yang disebar berdasar wilayah dan potensi pasar. Para tuyul diberi sesajen berupa gaji rutin setiap bulan dan bonus apabila target tercapai. Sama seperti halnya tuyul di dunia magis, yang hanya dengan kembang tujuh rupa dan (maaf) netek di istri anda, maka tuyul katanya bisa mencuri uang-uang orang kaya dan disetorkan kepada anda secara cash, marketing direct juga demikian, hanya dengan gaji sebesar UMR (kira-kira 2,8 jt/ bulan atau 33,6 jt/ tahun) dan bonus insentif,Bos perusahaan dapat meraup Cash flow 2-3Milyar per tahun. WOW klo satu tuyul dg sesajen pokok saja bisa mencapai target 2-3Milyar klo tuyul nya 10 berapa cash flow nya? Klo 100 tuyul?.
Namun bisnis ala tuyul ini bukan tanpa resiko negatif, pertama “tuyul” yang kita gunakan adalah manusia yang kesetiaan dan kejujurannya pun berbeda-beda, kedua si Tuyul marketing direct ini juga akan bekerja full dilapangan, kadang mereka lemah di hitung2an, mereka akan focus untuk menyerap uang, mereka butuh berkonsultansi dan dikontrol tentang rasio biaya yang mereka habiskan untuk mendapatkan uang dari pelanggan, ketigamereka juga berpotensi dijenuhi oleh pasar. Dari ketiga kelemahan yang beresiko negative itulah maka disini dibutuhkan system “babi ngepet”.
Marketing direct membutuhkan “penjaga lilin” seperti system pesugihan babi ngepet. Lilin akan bergoyang apabila babi ngepet mengalami bahaya atau kepergok oleh warga, ketika lilin bergoyang maka harus cepat-cepat ditiup agar babi ngepet dapat hilang dan bahkan berpindah tempat. Sama seperti itu, sang penjaga lilin ini adalah akunting, keuangan dan HRD. Akunting menjaga dan mengontrol biaya sesajen yang dihabiskan oleh satu orang Marketing direct, sedang Keuangan adalah mengontrol agar marketing direct agar tetap jujur, dan HRD akan meniup lilin apabila ada kejenuhan pasar yang disebabkan oleh marketing direct, mungkin bisa mutasi, demosi maupun promosi, apabila kejenuhan pasar disebabkan oleh produk atau hal lain tentu bukan urusan penjaga lilin, namun urusan bos Tuyul nya, namun marketing direct bisa dengan cepat memberi data tentang factor kejenuhan pasar, karena mereka selalu bertemu pelanggan. Resiko bisa diambil namun ditanggung dan diredam oleh tiga penjaga lilin tersebut.
Kreatifitas memadupadankan sesuatu yang dianggap orang awam angker dan mistis, adalah sebuah kreatifitas point of view, bisa jadi bisnis semacam itu sudah ada sejak dahulu, namun kita kurang bisa melihat hal itu hanya karena point of view saja. Tidak bermaksud menyamakan seorang marketing direct sebagai tuyul yang suka mencuri, namun lebih pada Tuyul yang memang bisa bekerja secara aktif dan kreatif sehingga suatu saat bisa menjadi bos tuyul marketing direct. Karena untuk menjadi Bos tuyul marketing direct diperlukan modal yang tidak sedikit,bukan hanya modal uang, namun juga modal pengalaman sebagai Tuyul, sehingga dapat mengarahkan dan membina tuyul-tuyul baru.
Lebih baik memperkaya dengan cara yang realistis daripada pesugihan, itu kata norma agama dan social kita, namun boleh dong memperkaya dengan cara pesugihan Tuyul dan babi ngepet,…ya caranya saja,..bukan pesugihannya,…Semoga bermanfaat dan maaf kalau ada yang tersinggung. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H