Mohon tunggu...
Fahmi Mubaroq
Fahmi Mubaroq Mohon Tunggu... Sales - Warga biasa

Pelestari Reog Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Money

Karyawan Berbagi Peluang Pesugihan

20 Januari 2015   16:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:45 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Marketing Direct mempunyaibanyak sebutan, bahasa kerennya sales keliling,Wira Niaga, bisa juga disebut pedagang bergaji, kalau dibidang kredit bank disebut konsultan financial, dibidang buku disebut konsultan pendidikan, sales rumah disebut konsultan property. Ya, banyak yang menganggap marketing direct sebagai konsultan gratis, krarena pelanggan secara langsung dapat bertanya apa keunggulan dan kelemahan sebuah produk, pilihan-pilihan produk dan kira-kira produk mana yang cocok bagi pelanggan disesuaikan oleh budget dan kebutuhan pelanggan.

Marketing dalah orang yang sangat berperan penting terhadap proses distribusi langsung melalui cara memasarkan barang langsung ke pelanggan.biasanya mereka dibebani target yang berbanding lurus dengan rasio biaya, bahkan ada yang merangkap sebagai debt collector sekaligus. Mereka harus merencanakan penjualan, karena terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh targetnya. Inilah konsep TUYUL yang saya maksud. Bos pemilik modal memelihara banyak tuyul (marketing direct) yang disebar berdasar wilayah dan potensi pasar. Para tuyul diberi sesajen berupa gaji rutin setiap bulan dan bonus apabila target tercapai. Sama seperti halnya tuyul di dunia magis, yang hanya dengan kembang tujuh rupa dan (maaf) netek di istri anda, maka tuyul katanya bisa mencuri uang-uang orang kaya dan disetorkan kepada anda secara cash, marketing direct juga demikian, hanya dengan gaji sebesar UMR (kira-kira 2,8 jt/ bulan atau 33,6 jt/ tahun) dan bonus insentif,Bos perusahaan dapat meraup Cash flow 2-3Milyar per tahun. WOW klo satu tuyul dg sesajen pokok saja bisa mencapai target 2-3Milyar klo tuyul nya 10 berapa cash flow nya? Klo 100 tuyul?.

Namun bisnis ala tuyul ini bukan tanpa resiko negatif, pertama “tuyul” yang kita gunakan adalah manusia yang kesetiaan dan kejujurannya pun berbeda-beda, kedua si Tuyul marketing direct ini juga akan bekerja full dilapangan, kadang mereka lemah di hitung2an, mereka akan focus untuk menyerap uang, mereka butuh berkonsultansi dan dikontrol tentang rasio biaya yang mereka habiskan untuk mendapatkan uang dari pelanggan, ketigamereka juga berpotensi dijenuhi oleh pasar. Dari ketiga kelemahan yang beresiko negative itulah maka disini dibutuhkan system “babi ngepet”.

Marketing direct membutuhkan “penjaga lilin” seperti system pesugihan babi ngepet. Lilin akan bergoyang apabila babi ngepet mengalami bahaya atau kepergok oleh warga, ketika lilin bergoyang maka harus cepat-cepat ditiup agar babi ngepet dapat hilang dan bahkan berpindah tempat. Sama seperti itu, sang penjaga lilin ini adalah akunting, keuangan dan HRD. Akunting menjaga dan mengontrol biaya sesajen yang dihabiskan oleh satu orang Marketing direct, sedang Keuangan adalah mengontrol agar marketing direct agar tetap jujur, dan HRD akan meniup lilin apabila ada kejenuhan pasar yang disebabkan oleh marketing direct, mungkin bisa mutasi, demosi maupun promosi, apabila kejenuhan pasar disebabkan oleh produk atau hal lain tentu bukan urusan penjaga lilin, namun urusan bos Tuyul nya, namun marketing direct bisa dengan cepat memberi data tentang factor kejenuhan pasar, karena mereka selalu bertemu pelanggan. Resiko bisa diambil namun ditanggung dan diredam oleh tiga penjaga lilin tersebut.

Kreatifitas memadupadankan sesuatu yang dianggap orang awam angker dan mistis, adalah sebuah kreatifitas point of view, bisa jadi bisnis semacam itu sudah ada sejak dahulu, namun kita kurang bisa melihat hal itu hanya karena point of view saja. Tidak bermaksud menyamakan seorang marketing direct sebagai tuyul yang suka mencuri, namun lebih pada Tuyul yang memang bisa bekerja secara aktif dan kreatif sehingga suatu saat bisa menjadi bos tuyul marketing direct. Karena untuk menjadi Bos tuyul marketing direct diperlukan modal yang tidak sedikit,bukan hanya modal uang, namun juga modal pengalaman sebagai Tuyul, sehingga dapat mengarahkan dan membina tuyul-tuyul baru.

Lebih baik memperkaya dengan cara yang realistis daripada pesugihan, itu kata norma agama dan social kita, namun boleh dong memperkaya dengan cara pesugihan Tuyul dan babi ngepet,…ya caranya saja,..bukan pesugihannya,…Semoga bermanfaat dan maaf kalau ada yang tersinggung. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun