Penulis : Fahmi Hidayat dan Imaduddin Hamzah
Kekerasan seksual menimpa seorang anak yang dilakukan oleh seorang pria asal Klaten, Jawa Tengah. Seorang pria berusia 50 tahun melakukan kekerasan seksual terhadap seorang gadis SMP berusia 15 tahun sampai dia hamil dan melahirkan. Pelaku yang masih merupakan tetangga korban sudah melakukan perbuatan keji itu sekitar 109 kali. Perilaku bejat korban terbongkar karena korban sudah melahirkan dan keluarga korban melapor ke polisi. Dari pengakuan tersangka, persetubuhan dilakukan sejak April 2022 hingga 16 November 2022. Pelaku mencabuli korban tiga sampai empat kali dalam seminggu. Orang tua korban tidak mengetahui anaknya hamil karena bentuk tubuh anak tersebut bongsor dan si anak yang takut untuk bercerita. Awalnya, korban merasakan sakit perut dan diduga diare. Sakit perut yang tidak hilang bahkan setelah minum obat. Akhirnya orang tua korban membawa gadis itu ke rumah sakit. Ternyata korban hamil dan melahirkan di rumah sakit tersebut.
Lokasi persetubuhan dilakukan di rumah pelaku maupun korban saat sedang sepi tetapi menurut pengakuan pelaku lebih sering di hotel. Modus tersangka dengan tipu muslihat kepada korban. Tersangka membujuk korban dan memberi harapan jika terjadi sesuatu pada anak ini, tersangka akan bertanggungjawab namun pada kenyataannya tersangka kabur. Korban yang seorang anak dengan mudah dirayu dengan iming-iming pemberian hadiah dari pelaku dan kata-kata rayuan.
Kekerasan seksual terhadap anak bisa terjadi karena berbagai alasan, dan seringkali melibatkan kekuatan atau pengaruh yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di klaten antara adalah pelaku ingin mempertahankan kekuasaan atau kontrol atas korban. Kekuasaan atau kontrol tersebut dapat berasal dari usia yang lebih tua, posisi yang lebih tinggi dalam keluarga atau masyarakat, atau kekuatan fisik atau ekonomi. Selanjutnya adalah Gangguan emosional atau mental pelaku kekerasan seksual terhadap anak mungkin mengalami gangguan emosional atau mental yang memengaruhi perilaku mereka yang menyebabkan memiliki ketertarikan lebih terhadap anak atau sering disebut pedofilia.
Kemudian faktor selanjutnya adalah faktor lingkungan, Kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di klaten disebabkan faktor lingkungan yang tidak aman atau tidak terawat, masyarakat yang kurang peduli terhadap anak, serta kekurangan pendidikan atau informasi mengenai seksualitas yang sehat. Kemudian faktor individual berupa korban yang tidak memiliki kuasa untuk mengontrol diri menolak rayuan, rasa takut yang berlebih untuk menolak ajakan dari pelaku, dan rasa takut untuk bercerita kepada orang di sekitar karena korban yang mungkin takut akan tidak dipercaya dan tidak didukung.
Semua faktor ini bisa memengaruhi perilaku seseorang dan menyebabkan kekerasan seksual terhadap anak. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan edukasi dan perhatian khusus pada pentingnya perlindungan anak dan kepatuhan terhadap nilai-nilai yang menghormati martabat manusia.
Berita mengenai siswi SMP di Klaten yang menjadi korban kekerasan seksual hingga ratusan kali adalah kasus serius yang melanggar hak asasi manusia, khususnya hak perlindungan anak. Berdasarkan peraturan dan konsep perlindungan anak, terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam analisis kasus ini antara lain :
1. Di Indonesia, undang-undang tentang perlindungan kekerasan seksual terhadap anak adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak.
Pasal 81-85 dalam undang-undang ini secara khusus mengatur tentang kekerasan seksual terhadap anak. Beberapa hal penting yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah dilarang melakukan kekerasan seksual terhadap anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang yang melakukan kekerasan seksual terhadap anak dapat dihukum dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun, serta denda paling banyak 5 miliar rupiah. Korban kekerasan seksual anak berhak mendapatkan perlindungan dan pemulihan fisik dan psikologis dari pemerintah. Orang tua, keluarga, dan masyarakat diwajibkan untuk melindungi anak dari kekerasan seksual dan memberikan pengajaran kepada anak mengenai bahaya kekerasan seksual.
2. Undang-Undang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas perlindungan dari kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Dalam kasus ini, korban yang mash berstatus sebagai anak, telah mengalami kekerasan seksual yang dilakukan berulang kali, yang mana hal tersebut merupakan bentuk pelanggaran hak perlindungan anak.
3. Konvensi Hak Anak
Konvensi Hak Anak yang disepakati secara internasional juga menggarisbawahi pentingnya perlindungan anak dari kekerasan. Konvensi ini memperkuat hak-hak anak, termasuk hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan. Negara-negara yang telah meratifikasi konvensi ini wajib melindungi anak dari kekerasan, termasuk kekerasan seksual seperti yang dialami oleh korban dalam berita tersebut.
Tersangka terancam hukuman pidana kurungan minimal lima tahun dan maksimal 15 tahun, Sementara itu, GS beralasan melakukan persetubuhan terhadap anak lantaran didasari suka sama suka. Menurut pengakuan tersangka, korban dibelikan pulsa paketan saat kali pertama.
Kekerasan seksual terhadap anak dapat memberikan dampak yang sangat merugikan pada anak, baik secara fisik maupun psikologis. Beberapa akibat yang mungkin terjadi pada anak yang mengalami kekerasan seksual adalah Trauma psikologis Anak yang mengalami kekerasan seksual dapat mengalami trauma psikologis yang berat, seperti stres pasca trauma, gangguan kecemasan, depresi. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional anak di masa depan. Peran penting pasca kejadian yang dialami korban adalah peran orang-orang sekitar dari korban yang seharusnya tidak menjauhi korban, korban yang seorang anak seharusnya tetap mendapat kasih sayang dan kepercayaan dari orang tua dan lingkungannya untuk membantu memulihkan kondisi psikis si anak. Selanjutnya adalah Gangguan perilaku, anak yang menjadi korban kekerasan seksual dapat mengalami gangguan perilaku seperti agresivitas, gangguan tidur, pengurangan minat dalam aktivitas sosial, dan masalah perilaku seksual. Selanjutnya adalah Cedera fisik, Kekerasan seksual dapat menyebabkan cedera fisik pada anak seperti luka-luka pada alat kelamin dan organ tubuh lainnya, infeksi saluran kemih, dan bahkan hamil pada usia yang tidak pantas. Dampak yang terkahir adalah Kehilangan rasa aman, anak yang mengalami kekerasan seksual dapat kehilangan rasa aman dan percaya diri dalam diri sendiri dan dunia sekitarnya. Hal ini dapat memengaruhi interaksi sosial anak dan kemampuan anak untuk mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain di masa depan.
Kesimpulan dan saran                   Â
kekerasan seksual terhadap anak merupakan tindakan yang sangat serius dan harus ditindaklanjuti dengan tegas. Kekerasan seksual dapat meninggalkan bekas luka mental dan emosional yang dalam pada korban, dan dapat mempengaruhi kehidupan mereka secara signifikan di masa depan. Setiap orang memiliki hak untuk hidup bebas dari kekerasan dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Oleh karena itu, tindakan hukum harus diambil terhadap pelaku dan upaya pencegahan kekerasan seksual harus terus Dalam pelaksanaannya, upaya perlindungan anak dari kekerasan seksual melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah, lembaga sosial, hingga keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan perlindungan dan perhatian khusus pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, serta memberikan dukungan psikologis dan medis yang diperlukan untuk membantu mereka pulih dari dampak-dampak kekerasan seksual tersebut.
Peran dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak antara lain adalah memberikan dukungan emosional kepada korban. Kekerasan seksual dapat menyebabkan trauma yang dalam pada korban, oleh karena itu penting untuk memberikan dukungan emosional kepada mereka. Dukungan dari keluarga, teman, atau profesional dapat membantu korban merasa lebih aman dan terlindungi. Segera melaporkan jika terjadi indikasi kasus kekerasan seksual terhadap anak ke pihak berwajib. Kasus kekerasan seksual terhadap anak merupakan tindakan kriminal yang sangat serius dan harus dilaporkan secepat mungkin. Pihak berwajib dapat membantu menyediakan perlindungan bagi korban dan membawa pelaku ke pengadilan. kemudian melakukan investigasi secara menyeluruh dengan tidak menyudutkan korban mengingat korban adalah anak-anak yang harus diperhatikan agar anak tidak merasa takut. Penting untuk melakukan investigasi yang teliti dan menyeluruh terhadap kasus kekerasan seksual. Investigasi yang baik dapat membantu memastikan bahwa pelaku tidak luput dari hukuman dan dapat membantu memberikan keadilan bagi korban.
Selanjutnya lembaga sosial ataupun lembaga pendidikan dapat memberikan edukasi. Upaya pencegahan kekerasan seksual dapat dilakukan melalui edukasi dan kampanye kesadaran. Edukasi mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual dan kesadaran mengenai pentingnya melaporkan kasus kekerasan seksual dapat membantu mengurangi angka kekerasan seksual. Dan yang terkahir adalah Dukungan dan bantuan dari lembaga profesional. Terdapat lembaga-lembaga profesional yang dapat membantu korban kekerasan seksual, seperti psikolog, konselor, dan organisasi-organisasi non-profit dan yang paling pentingadalah dukungan dari orang tua dan lingkungan terdekat dari korban, Korban dapat mencari dukungan dan bantuan dari lembaga tersebut untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan mereka. Dengan dukungan positif diharapkan anak akan dengan cepat sembuh secara mental.
