5. Merdeka
Yang kelima yang semestinya bersemayam di dada setiap muslim adalah jiwa merdeka. Jiwa kebebasan. Bebas merdeka dari kejumudan, bebas merdeka dari fanatisme sempit, bebas merdeka dari penguasaan pemikiran bangsa lain, bebas merdeka dari penjajahan terang-terang ataupun terselubung yang dilakukan atas bumi dimana Umat Islam berdiri.
Bebas Merdeka bukan berarti, bebas tanpa ikatan aturan. Sebab kebebasan seseorang itu terbatasi oleh kebebasan orang lain. Selain tentunya dibatasi juga oleh ketentuan Allah. Kebebasan yang tak terbatas, justru akan membuat kreativitas akan terhenti. Bukankah keindahan sepak bola itu muncul justru ketika ada aturan main yang membatasinya?
Coba jikalau sepak bola itu liar tanpa aturan, bola boleh di sentuh tangan, boleh mengkasari pemain lawan, boleh berbuat curang, bukankah keindahan sepak bola justru akan hilang?
Demikianlah, jikalau lima pirnsip ini saja mampu kita resapi dan laksanakan. Maka tidak perlu rasanya kita merasa minder dan merasa kehilangan jati diri. Kita akan dengan bangga memperkenalkan diri sebagai insiator peradaban yang saleh sekaligus kuat, kreatif, dan mandiri. Sehingga kita tidak lagi menjadi penonton yang bertepuk tangan atas prsetasi orang lain. Di saat umat lain sudah terbang tinggal landas, sementara kita masih tertinggal di landasan.
Tidak akan ada yang peduli dengan nasib kita ini selain diri kita sendiri. Dan tidak akan datang perubahan besar itu, kecuali dimulai dari perubahan diri kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H