Mohon tunggu...
Fahmi Agustian
Fahmi Agustian Mohon Tunggu... profesional -

Blogger pemula yang masih terus belajar menulis....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Sekedar Teori

12 Maret 2010   15:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:28 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Berbuatlah dengan ikhlas, karena keikhlasan itu akan menghasilkan aktivitas. Dan aktivitas yang baik itu akan menghasilkan mobilitas. Mobilitas yang terarah akan membuat kualitas. Kualitas yang terus-menerus akan menciptakan kuantitas. Setelah kuantitas terbentuk, baru pikirkan fasilitas”. Subhanallah, betapa dahsyatnya the power of Ikhlas.

2. Kesederhanan

Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.

Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental serta karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan.

Dalam kesederhanaan itu kita diajarkan bagaimana tidak mudah mengeluh, tidak mudah menyalahkan keadaan, tidak mudah bingung dan gugup menghadapi masyarakat. Dakwah tanpa komputer? Tanpa HP? Tanpa motor? Atau bahkan tanpa tempat tinggal sekalipun, bukan hal sulit bagi para pejuang muslim yang terdidik dengan jiwa kesederhanaan. Fasilitas minim juga bukanlah merupakan hambatan. Karena ketrampilan jauh lebih diperlukan dari sekedar alatnya bukan? Bukan seperti sebagian artis dan masyarakat kita yang begitu “latah” membeli Blackberry, padahal hanya 10% dari pemilik alat komunikasi tersebut yang juga berlangganan paket Email push itu. Kemudian yang 90%? Ah, tentu kita sudah tahu jawabannya.

3. Kemandirian

“I’maluu fauqa maa ‘amiluu”, lakukanlah lebih dari apa yang mereka (musuh-musuh Islam) lakukan. Perintah Allah ini tegas, menyeru kepada kita untuk mandiri. Tidak bergantung kepada jasa orang lain. Tidak tergantung kepada kebaikan orang lain. Tidak menunggu pasif atas inisiatif orang lain. Tapi bergerak dan berbuat atas inisiatif dan perhitungan kita sendiri.

Ini juga tidak berarti kita tidak perlu orang lain, bukan begitu. Tapi jiwa kemandirian adalah jiwa merdeka yang mampu berdiri dengan gagah dan bangga di atas kemampuan kita sendiri.

Kemadirianlah yang menjadikan kita laksana pilot pesawat. Yang dengan bangga menguasai dan mengarahkan pesawat kita sendiri menuju tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan jiwa yang tidak mandiri laksana pemain layang-layang, bangga dan bahagia melihat layang-layangnya terbang dibantu angin, sedangkan dia sendiri masih tertinggal di daratan.

4.Ukhuwah Islamiyah

Ruh keempat adalah ruh persatuan. Persatuan bukanlah berarti segala rupa harus sama, dan tidak boleh berbeda. Tapi bagaimana bisa saling membangun dan membantu dengan segenap perbedaan kemampuan dan pemikiran yang dimiliki. Bukankah kita bisa berjalan dan bahkan berlari cepat bukan karena berjalan bersama-sama? Tapi justru ketika keduanya melangkah seirama, yang satu melangkah maju, yang lain dibelakang dulu, untuk kemudian ganti maju, demikian seterusnya.

Bukankah jelas perintah Allah dalam Surat Ali Imran ayat 103,

“Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali (Agama) Allah, dan jangan berpecah belah”

Seruan Allah diatas adalah supaya kita jangan berpecah belah (walaa tafaraquu) dan bukan karangan berbeda pendapat (walla takhtalifuu). Sebab perbedaan adalah fitrah. Sebab masing-masing kita hidup dengan kebiasaan, budaya, dan kondisi yang berbeda-beda. Maka asalkan perbedaan itu bukanlah mengenai hal-hal prinsip dalam beragama seperti ketuhanan dan kenabiyan, mengapa kita harus memecah diri karenanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun