Mohon tunggu...
Fahliza Syahira
Fahliza Syahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak, menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Tengah

24 Juni 2024   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2024   12:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah rumah yang hangat dan penuh canda tawa, hiduplah seorang anak bernama Dian. Dian adalah anak tengah dari tiga bersaudara. Kakaknya, Rina, adalah seorang yang cerdas dan tangguh, sedangkan adiknya, Rudi, adalah seorang yang manis dan penuh keceriaan. Di tengah-tengah mereka, Dian sering merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan perhatian yang sama.

Namun, Dian sangat beruntung memiliki keluarga yang luar biasa. Meskipun seringkali sibuk dengan pekerjaan dan tugas rumah, orang tua Dian selalu menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak mereka. Mereka mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling mendukung, dan saling menyayangi.

Suatu hari, setelah pulang sekolah, Dian masuk ke dalam rumah dengan perasaan sedih. Ibu Dian, Ibu Anita, melihatnya dan segera menghampiri.

Ibu Anita: "Hai, Dian! Apa yang terjadi? Kamu terlihat murung."

Dian: "Ibu, aku merasa seperti anak yang tidak disayangi. Kakak dan adikku selalu mendapatkan perhatian lebih. Mereka selalu membanggakan prestasi mereka, sedangkan aku merasa terlupakan."

Ibu Anita: "Oh, Dian, sayangku. Kamu tidak pernah terlupakan. Kamu adalah anak yang istimewa bagi kami."

Dian: "Tapi, Ibu, aku ingin merasakan perhatian yang sama seperti mereka."

Ibu Anita: "Dian, setiap anak memiliki keunikan dan keistimewaannya masing-masing. Kami mencintai dan menyayangi kamu dengan caranya sendiri. Mari, duduklah di sini bersama-sama."

Dian duduk di samping ibunya, sedih namun ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh ibunya.

Ibu Anita: "Kamu tahu, Dian, kakakmu memang pandai dan rajin belajar. Itu adalah keistimewaannya. Adikmu memiliki keceriaan dan pesona yang membuat kami tertawa setiap hari. Kamu, Dian, kamu memiliki kelembutan dan kebijaksanaan yang luar biasa. Kamu adalah tempat kami mencari ketenangan."

Dian: "Tapi, Ibu, aku ingin lebih banyak mendapatkan perhatian."

Ibu Anita: "Dian, perhatian bukanlah tentang siapa yang mendapatkan lebih banyak atau lebih sedikit. Perhatian adalah tentang bagaimana kita saling peduli dan memperhatikan satu sama lain. Cinta kami untukmu tidak akan pernah berkurang, meskipun terkadang tidak terlihat sebesar seperti yang kamu harapkan."

Dian mulai merasa lebih baik mendengar kata-kata ibunya. Dia merasakan kehangatan dan kasih sayang yang terpancar dari setiap kata yang diucapkan oleh ibunya.

Dian: "Ibu, aku minta maaf jika aku terlihat sombong atau tidak menghargai perhatian yang telah Ibu berikan."

Ibu Anita: "Tidak, Dian, kamu tidak perlu minta maaf. Kamu hanya perlu memahami bahwa kami mencintai dan menyayangi kamu dengan caranya sendiri. Kami bangga denganmu dan apa pun yang kamu lakukan."

Dian merasakan kelegaan dan kebahagiaan di dalam hatinya. Dia menyadari betapa beruntungnya dirinya memiliki keluarga yang begitu mencintai dan menyayanginya.

Ayah Dian, Bapak Johan, yang mendengar pembicaraan mereka, ikut bergabung.

Bapak Johan: "Dian, apa yang ibumu katakan adalah benar. Kami mencintai kamu tanpa syarat. Kamu adalah anak yang istimewa bagi kami, dan kami selalu akan mendukungmu dalam setiap langkahmu."

Dian: "Terima kasih, Ayah. Aku berjanji untuk selalu menghargai dan menyayangi keluarga ini. Kalian semua adalah harta yang paling berharga bagiku."

Mereka semua merangkul satu sama lain dalam keheningan, merasakan kekuatan cinta dan kebersamaan yang tak tergantikan. Dian merasa dicintai, dihargai, dan diterima sepenuh hati sebagai anak tengah dalam keluarga mereka.

Hari demi hari, Dian semakin menghargai peran dan tempatnya dalam keluarga. Dia belajar untuk menghormati keberhasilan dan keunikan kakak dan adiknya, sambil tetap menjadi dirinya sendiri. Dian menemukan kegembiraan dalam memberikan dukungan dan cinta kepada keluarganya, serta menerima dukungan dan cinta yang mereka berikan kepadanya.

Setiap malam sebelum tidur, Dian selalu berterima kasih dalam doanya atas keluarga yang luar biasa ini. Dia berjanji untuk selalu menjaga hubungan yang indah ini dan berusaha menjadi seseorang yang baik untuk keluarganya.

Suatu hari, saat Dian pulang dari sekolah, dia melihat sebuah catatan di atas meja. Itu adalah catatan dari Rina, kakaknya.

Catatan itu berbunyi, "Untuk adikku tercinta, Dian. Kami semua menyayangi dan menghargaimu. Kamu adalah kekuatan dan inspirasi bagi kami. Jangan pernah merasa terpinggirkan, karena kamu adalah bagian penting dari keluarga ini. Kami bangga memilikimu sebagai adik."

Dian tersenyum bahagia dan berlari menuju Rina. Mereka berpelukan erat, memperkuat ikatan mereka sebagai saudara.

Dian: "Terima kasih, Rina. Aku juga sangat menyayangi kalian semua. Kita adalah tim yang tak terpisahkan."

Rina: "Benar sekali, Dian. Kita adalah keluarga yang saling menyayangi dan mendukung. Tak ada yang lebih berharga dari itu."

Dengan senyuman di wajahnya, Dian kembali ke ruang keluarga, di mana adiknya Rudi sedang menunggunya dengan tumpukan buku yang ingin dibacakan. Mereka berdua tersenyum satu sama lain, menikmati momen kebersamaan yang penuh cinta.

Dalam pelukan keluarga ini, Dian merasa kuat dan dicintai. Dia tahu bahwa dia adalah anak tengah yang sangat disayangi oleh keluarganya, dan itu adalah hadiah terindah yang bisa dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun