Mohon tunggu...
Silfi Fahima
Silfi Fahima Mohon Tunggu... Novelis - menulis, membaca dan bercerita

semua hal akan terasa lebih bermakna jika kita lakukan bersama dengan orang yang kita cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa yang Bisa Anak Kita Lakukan?

20 Desember 2020   09:40 Diperbarui: 20 Desember 2020   10:00 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"What the child can do in cooperation today he can do alone tomorrow"

"Hari ini ibu akan menugaskan kalian untuk membuat kerajinan tangan berbahan dasar tanah liat."

Apa yang anda pikirkan jika kalian mendengar demikian?

Ya, yang terlintas pertama dalam benak kita adalah betapa ribet dan kita meyakini bahwa hal tersebut tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan bersama dengan bantuan orang lain.

Mengapa demikian? mengapa kita selalu terdoktrin akan hal yang sudah kita anggap susah bahwa tidak dikerjakan secara bersama atau mendapat bantuan dari orang lain?

Mulai kecil mungkin kita sudah terbiasa akan perkataan demikian

"Coba minta tolong ayah kamu jika kamu tidak bisa!"

"Nanti kamu minta tolong saja ke kakak ya!"

"Aku tidak bisa mengerjakan ini ma," (Dengan baru melihat soal di depannya)

Dari contoh kata diatas kita sudah sangat tau bahwa mulai dari kecil kita sudah terlena akan bantuan orang lain sebelum kita mencoba terlebih dahulu. 

Kita terlalu dimanjakan akan kata "Sudah minta tolong saja sana ke....." Bahkan sering kali yang mengerjakan tugas kita adalah orang tua. Dengan alasan ngalor ngidul, yang terpenting tugas kita selesai.

Semakin berkembangnya zaman, maka semakin besar dan bermacam juga godaan dalam melakukan tugas. Hal ini sudah saya rasakan sendiri. Dengan semakin kenal saya dengan setan kotak (sebut saja handphone) maka semakin berkurang sekali niat belajar saya. Saya yang sebenarnya sudah sangat faham akan benar dan salah saja sudah sangat mudah terganggu, apalagi anak kecil khususnya anak pada usia dini yang sudah pandai-pandai dalam memainkan gadget.

"What the child can do in cooperation today he can do alone tomorrow"

Asumsi dasar teori Vygotsky menyatakan bahwa apa yang dipelajari anak hari ini dengan berkelompok atau kerja sama, dapat ia lakukan secara mandiri pada saat masa yang akan datang.

Dari apa yang sudah kita ketahui Vygotsky mengatakan secara ringkasnya bahwa dengan belajar bersama akan menjadikan anak menjadi lebih faham dan dapat melakukan hal itu sendiri.

Teori Vygotsky merupakan teori yang disampaikan dan dipaparkan oleh salah satu tokoh psikologi yang sangat melangit namanya. Lev Vygotsky merupakan psikologi pendidikan yang berkampung halaman di Rusia. Ia mulai di kenal pada abad ke-20, dengan keyakinannya yang menyatakan bahwa seseorang akan lebih berkembang dan aktif jika mengikuti kegiatan sosial yang berkecimpung dengan banyak orang. Menurutnya perkembangan kognitif dapat berkembang dengan perantara hubungan sosial antar sesama yang lebih terampil.

Namun apakah hal ini berarti sama halnya dengan penerapan internalisasi?

Okeh, sekarang kita singgung sedikit akan internalisasi. Internalisasi adalah penanaman pola fikir dalam bentuk apapun yang sebenarnya sudah menjadi nilai sosial. Nilai-nilai yang ada di dalamnya bersumber dari banyak nilai, seperti nilai agama, nilai moral, nilai budaya, norma, dan lain sebagainya.

Satu contoh, saat pertemuan antara saya dan murid saya. Saya sedikit dikejutkan dengan tingkah kedua murid saya tersebut. Saat saya datang diujung ruangan sudah terjajar rapi alat-alat musik pukul seperti, rebana, darbuka, terbang, dan gendang kecil.

"Ustadzah, saya sudah bisa main rebana loh" kata si kecil, panggil saja Hodijah.

"Saya juga sudah bisa main darbuka, ustadzah" sahut sang kakak, Muhammad.

Dengan megacungkan kedua jempol saya, saya mengapresiasi dan memuji hasil yang sudah mereka capai tersebut. Tak lama mama dari mereka keluar dengan ekspresi yang sangat gembira. Sangat terlihat akan mimik wajahnya yang menebar senyum lebar. Beliau berkata bahwa anak-anak tersebut sangat sulit untuk lepas dari alat musik khas arab tersebut. Saya semakin terkekeh mendengar pernyataan tersebut benar keluar dari orang tua murid saya.

Dari sepenggal cerita diatas, secara tidak langsung kita sudah mengetahui bahwa internalisasi secara garis besar adalah meniru hal yang sudah terkenal atau dikenal banyak orang yakni, alat murik banjari.

Menurut Lev Vygotsky dalam teori Vygotsky ada tiga hal terpenting dalam perkembangan kognitif pada anak, yakni :

Zona of Proximal Development

Zona perkembangan proksimal, jarak antara zona actual dan zona potensial. Dalam hal ini adalah jarak tingkat perkembangan dari hal yang dapat dipikirkan oleh otak secara mandiri menjadi pemikiran yang dibantu oleh orang lain yang lebih dewasa atau secara kerja kelompok.

Mengapa proximal?

Proksimal sendiri memiliki arti keterampilan karena individu hampir menguasainya tetapi membutuhkan lebih banyak bimbingan dan latihan untuk melakukan tindakan ini secara mandiri. Mungkin jarang orang yang tahu akan apa itu Zona of Proximal Development, Zona Actual dan Zona Potensial, namun paling tidak semua orang sudah mengalaminya.

Zona actual adalah kemampuan pemecahan masalah anak secara mandiri, tanpa bimbingan orang dewasa (independent).

Contoh, seorang anak yang berusaha untuk mengubah susunan balok yang awalnya beraturan menjadi tidak beraturan.

Zona Potensial adalah kemampuan memecahkan masalah dengan bantuan orang lain.

Contoh, pembelajaran yang dilakukan kepada anak dalam mengenal huruf dan angka. Dimana peran orang lain adalah sumber dari pemecahan masalah yang ingin dimengerti oleh anak.

Sedangkan zona of proximal adalah jarak diantara kedua zona tersebut. Masa dimana anak akan mencapai pemikiran yang melibatkan orang lain atau orang yang lebih dewasa.

Menurut  Tharp dan Gallimore (1998) terdapat empat langkah dalam ZPD, yaitu :

  • Bimbingan yang disampaikan oleh Vygosky, ia menyebutnya sebagai More Knowledgeable Other (MKO).
  • Dimana seseorang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari pada pengajar. Anak akan mampu menyelesaikan tugas yang sulit dengan bantuan MKO ini.
  • Bantuan oleh diri sendiri, tanpa melibatkan orang lain.
  • Otomatisasi melalui latihan
  • De-otomatisasi, pengulangan dari tiga langkah sebelumnya.

Scaffolding 

Jika ZPD adalah jarak untuk melakukan perkembangan maka scaffoding adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua untuk pembelajaran anaknya. Scaffoding berupa metode yang sudah terstruktur untuk memberikan dukungan belajar untuk anak.

Pengaruh scaffoding bagi perkembangan kognitif anak juga sangat besar, dimana meningkatkan motivasi dan meningkatkan minat siswa dalam mengerjakan tugas belajar. Ada beberapa aspek pada scaffoding untuk membantu siswa dalam interalisasi pengetahuan, yakni :

  • Intensionalitas yang memiliki tujuan membantu peserta didik yang membutuhkan.
  • Kesesuaian, murid yang tidak bisa menyesuaikan sendiri permasalahannya akan dibantu untuk menyelesaikan.
  • Struktur
  • Kolaborasi, kerja sama antar siswa sehingga dapat saling menghargai karya satu sama lain.
  • Internalisasi

Bahasa dan Pikiran: private speech & inner speech

Bahasa, siapa yang tidak tau akan kalimat ini. Kalimat yang sudah menjadi makanan sehari-hari untuk semua orang tanpa terkecuali. Semua orang memiliki bahasa untuk melangsungkan kehidupan mereka, termasuk dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Vygotsky konsep ini terbagi akan dua:

  • Private speech, komunikasi yang dilakukan dengan dua cara. Secara internal (berbicara dalam hati atau kepada diri sendiri) dan eksternal (berbicara dengan suara atau menyampaikan). Dimana menurut Vygotsky hal ini merupakan salah satu cara untuk membantu perkembangan bahasa anak, khususnya anak pada usia dini.
  • Ineer speech, kemampuan berbicara namun tidak untuk diucapkan melainkan pada batin, dimana digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan perilaku diri sendiri. Inilah yang biasa disebut dengan percakapan dalam batin.

 

referensi:
kompasiana.com/hikmahsaf
brainly.co.id
kompasiana.com/uciindriani
google.com/search
google.com/search
pgsd.binus.ac.id
Warsono, 2013: 59

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun