Mohon tunggu...
Silfi Fahima
Silfi Fahima Mohon Tunggu... Novelis - menulis, membaca dan bercerita

semua hal akan terasa lebih bermakna jika kita lakukan bersama dengan orang yang kita cinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Anak Bisa Mengerti Akan Semua Ini?

14 Oktober 2020   00:34 Diperbarui: 14 Oktober 2020   00:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangan kongnitif, anak tidak semata-mata hanya belajar tanpa adanya proses yang panjang. Jika beberapa waktu lalu kita sudah membahas tentang bagaimana perkembangan kognitif anak dan terkait belajar dan pembelajaran yang akan mereka hadapi. Kali ini kita akan sedikit mengulik tentang bagaimana sensasi, atensi dan presepsi si kecil saat terjadi sesuatu atau saat menerima sesuatu.

Untuk para orang tua khususnya yang masih baru menjadi orang tua, perlu tidak sih kita merasakan apa yang anak kita rasakan ?

Perlu tidak kita mengetahui apa yang sudah anak kita alami ?

Perkembangan kognitif anak sepenuhnya tergaantung pada bagaimana orang tua mnegarahkannya. Jika kita mengarahkan dengan benar maka perkembangan tersebut juga akan berkembang dengan baik dan sesuai dengan keinginan kita. Tidak hanya itu, anak juga akan merasa nyaman saat belajar terutama saat mereka memilih untuk bersosialisasi dengan lingkungan mereka.

"Bunda tangan haitsam tadi dinaiki sama lebah terus tangan haitsam, haitsam gini-gini in"(sembari menunjukkan tangannya yang dikebaskan)

Anak dapat mengekspresikan apapun yang sudah menjadi sensai yang ia rasakan. Contohnya seperti di atas. Saat anak menginjak umur dini memang banyak sekali yang mereka rasakan. Bahkan ada beberapa hal yang sudah terdoktrin dalam pikiran mereka. Mereka menyakini bahwa lebah jika melekat pada kulit manusia akan menyengat dan sengatan itu rasanya sakit.

Walaupun mereka belum merasakannya sendiri, namun pikiran mereka sudah menetapkan hal demikian. Dan selamanya akan seperti itu, kecuali kita memberitahukan kembali ilmu tambahan kepada mereka tentang jenis lebah yang tidak menyengat bahkan dapat bermanfaat untuk manusia yakni lebah madu.

Secara otomatis ilmu yang mereka dapatkan sebelumnya akan bertambah yakni ternyata lebah juga ada yang tidak menyengat namun dapat menghasilkan madu yang bermanfaat untuk manusia.

Hal ini sering kali saya temui saat bermain bersama beberapa anak kecil disalah satu tempat belajar mereka. Ada beberapa hal yang sudah menjadi tertanam dalam otak mereka yang merupakan sensasi dari suatu hal.

"Mbak lampu itu kalau menyala akan sangat terang, dan saat kita melihatnya maka mata kita akan sakit"

Sensai tidak hanya berkenaan tentang apa yang pengelihatan dan indra rasa mereka rasankan. Namun juga bagaimana bau, bunyi dan sentuhan yang ada. Yang merupakan deteksi energi fisik yang dihasilkan atau dipantulkan akan objek-objek fisik yang terjadi.

Sensasi tidak hanya berkenaan akan rasa yang dialami sendiri namun juga bisa saat seseorang menceritakan sesuatu atau menyampaikan sesuatu. Bisa jadi secara otomatis kita akan merasakan sensasinya, apalagi anak-anak sangat mudah mendalami sensasi terkait apa yang mereka dengar dari orang lain.

Selain sensai anak biasanya akan memperhatikan semua yang ada di sekitar mereka. Sekali lagi tidak hanya lewat lingkungan namun juga lewat lisan dapat menjadikan anak perhatian akan suatu informasi. Dan inilah yang dinamakan atensi atau pemrosesan secara sadar akan sejumlah kecil informasi  dari sejumlah besar informasi yang didapatkan.

Mengarahkan informasi teetentu akan memperceoat proses mental mengolah suatu rangsangan.

Contoh "Haitsam tolong tahan pintunya, anginnya cukup besar. Umi akan segera mengambilkan pengait agar tidak tertutup"

Hal ini akan mempercepat daya kecepatan dan ketanggapannua akan situasi yang bisa dibilang mepet.

Perhatian juga terpengaruh akan perbedaan usia, terutama pada masa anak-anak. Menurut Groover bahwa faktor yang mempengaruhi presepsi dan ingatan adalah perhatian. Perhatian merupakan suatu aktifitas menjaga dalam fikiran yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi terhadap orang tersebut.

Perhatian dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.

Melihat sesuatu yang menarik secara otomatis yang dilakukan tanpa maksut untuk memperhatikannya. Ini merupakan contoh perhatian dalam proses tidak sadar.

"Haitsam, coba sekarang bunda pengen tahu Haitsam tulis huruf alif di papan tulis" (sembari menyerahkan kapur tulis)

Secara tidak langsung anak akan memperhatikan papan tulis bukan ?

Nah ini yang dimaksut akan perhatian proses dengan sadar. Anak akan memperhatikan perintah apa yang sudah kita berikan. Mereka akan berfikir bagaimana cara menulis huruf alif di papan tulis. Setelah menerima kapur tulis / sepidol dari kita kebanyakan anak akan menampakkan wajah tersenyum singkat.

Menurut yang saya perhatikan, senyuman tersebut menandakan bahwa mereka tengah berfikir dan mengulang kembali perintah kita dalam otak mereka sehingga saat menuliskan di papan tulis tidak akan salah menurut mereka.

Bukan anak-anak jika pemikirannya tak bercampur baur. Sehingga tejadi proses presepsi dalam sistem saraf mereka. Proses ini biasanya berupa tindakan menyusun, mengenalo dan menafsirkan informasi sensoris dengan tujuan memberikan gambaran dan pemahaman.

Menurut Ruch (1967) Presepsi adalah suatu proses tentang petunjuk indrawi dan pengalaman untuk menggambarkan makna situasi tertentu.

Tadi saya berkunjung kerumah salah satu teman saya. Ia merupakan dua anak kecil yang sangat menggemaskan dan juga pandai. Saat saya memaparkan satu materi dengan metode yang sedikit berbeda dengan biasanya. Tanggapan mereka seakan selalu memperhatikan dan mengamati setiap apapun yang mereka lihat, dengar dan rasakan.

Dan baru kali ini saya menyadari bahwa beberapa hal yang dapat mempengaruhi presepsi seseorang khususnya anak-anak adalah mood dan perhatian kita akan mereka.

Setelah saya menjelaskan materi, mereka baru sedikit releks. Seakan sebelumnya mereka sangat memperhatikan apa yang saya jelaskan di papan tulis. Hal ini terlihat dengan jelas saat mereka berdua menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan sangat keras.

Jadi perlukah kita mengetahui apa yang si kecil rasakan dan alami selama ini ?

Para orang tua akan mengetahui dengan sendirinya, betapa perlunya kita berkomunikasi dan mengetahui apa yang mereka rasakan, alami dan mereka sulitkan.

Referensi:
satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun