Meskipun secara dzahir Al- Farazdaq menunjukkan keberpihakkan terhadap penguasa saat itu, namun secara ideologi ia merupakan pengikut Syiah karena dijumpai beberapa puisinya yang memuji keluarga Ali bin Abi Thalib maupun ahli bait lainnya, maka secara tersirat didapati bahwa dirinya menganut ideologi syiah. Maka tak diherankan lagi, ia hanya mencari manfaat dari puisi-puisinya kepada penguasa.
Salah satu qasidah yang dilantunkan terhadap ahlu bait adalah ketika beliau sedang berhaji dan disana didapati juga khalifah Hisyam bin Marwan yang sedang thawaf namun beliau belum bisa meraih hajar aswad dikarenakan banyaknya jamaah haji saat itu. Hingga pengawalnyapun juga tak bisa membawa Hisyam ke hadapan hajar aswad. Namun, tiba-tiba semua orang memberikan jalan untuk seseorang dan dengan mudahnya orang tersebut mendekati hajar aswad. Hisyam mengetahui orang tersebut merupakan keturunan Rasulullah, namun ia acuh dan mengatakan tak tahu siapa orang tersebut. Lalu Al-Farazdaq pun memberitahu siapa orang tersebut dihadapan sang khalifah dengan syair pujiannya. Â
(Beliaulah yang jejak langkahnya dikenal oleh butiran pasir yang dilaluinya, begitu pula ka'bah, mekkah dan sekitarnya juga mengenalnyaÂ
Beliaulah keturunan hamba terbaik yang pernah ada, sosok yang hidup dengan berhias ketaqwaan, kesucian, dan kehormatan.Â
Apa kau tak tahu jika beliaulah cucu Sayyidah Fatimah, yang memiliki kakek Nabi penutup para Nabi Allah lainnya.Â
Dengan ucapanmu yang berlagak menanyakan kesosokannya itu, sungguh tak sedikitpun menurunkan derajat wibawanya, sebab orang-orang Arab bahkan non-Arab sudah mengenal sosoknyaÂ
Di saat ia datang menuju Ka'bah dan memegangnya (hajar aswad), Ruknul Hatim enggan melepaskan tangannya karena mengenal betapa ia tinggi nilainya.Â
Allah telah memuliakan dan mengagungkannya sedari dulu, dan demikian itu sudah tertuliskan dalam Lauhil Mahfudz-Nya)Â
Setelah mendengar pujianya untuk keturunan Nabi Muhammad SAW, khalifah Hisyam pun naik pitam dan marah dengan Al-Farazdaq, dikarenakan memuji orang lain dihadapan khalifah. Akhirnya Al-Farazdaq pun dipenjara oleh khalifah Hisyam, namun tak ada penyesalan sedikitpun dalam diri Al-Farazdaq dikarenakan beliau memang mengutarakan apa yang ia rasakan dan beliau memang benar-benar mencintai keturunan Nabi Muhammad SAW. Maka setelah itu Al-Farazdaq banyak membuat puisi hija' dengan sebab ketidakadilan khalifah Hisyam.Â
Syair yang dilontarkan oleh Al-Farazdaq tersebut merupakan syair satu-satunya yang menunjukkan kecintaan dan pembelaan terhadap ahlu bait, namun ia menyampaikan syair tersebut dari lubuk hati yang paling dalam, sehingga secara tersirat menunjukkan ideologinya sebagai pengikut syiah.
Referensi: