Masuk Islam atau menemui sudut kematian dan hisab yang tercelaÂ
Dan dia berpaling dari niatnya untuk mendapatkan penghasilan dari mereka, bahkan jika mereka adalah orang pertama yang menutup kerusuhan.)Â
Dalam puisi ini menunjukkan Al-Farazdaq memuji-muji Abdul Malik bin Marwan dengan mengatakan keturunan Marwan mereka adalah orang-orang yang selalu berperang karena Allah, mencegah dari orang-orang yang ingin menjatuhkan islam serta akan membasmi siapapun pengkhianat islam semata-mata karena menjaga agama Islam. Puisi tersebut terlihat adanya unsur politis dengan membela dan menyanjung kekhalifahan Bani Umayyah. Â
Setiap penyair tak dipungkiri sangat erat kaitannya dengan fungsi politiknya, mereka setia mendukung sekte atau partai politiknya baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Bahkan ada beberapa yang berperilaku munafik, yakni mengatakan sesuatu yang bukan seharusnya dengan melawan perasaan sendiri, untuk penguasa dan keamanan dirinya, atau untuk mengharapkan imbalan dari para khalifah. Maka banyak puisi yang lahir dengan tujuan baru, yakni puisi dengan isu politik. Termasuk puisi al-Farazdaq yang memuji Yazid bin Mu'awiyah menunjukkan bahwa para khalifah Bani Umayyah merupakan Pemimpin pilihan Allah bagi umat Islam dan pertolongan dari-Nya, meski Yazid memiliki kepribadian yang berbeda, perilaku yang buruk yakni senang bermegahan dan kemewahan.Berikut puisi madh al-Farazdaq:Â
  - - Â
(Jika ada nabi setelah Nabi Muhammad saw dari hamba Allah untuk mengurus persoalan
Tentunya engkaulah yang dipilih Allah agar menanggung amanah berat tetapi agung, engkau pewaris seluruh kekayaan (peradaban)
Pewaris seluruh kitab para khalil Allah dan pelaksana kenabiannya.)Â
Puisi di atas adalah pujian al-Farazdaq terhadap Yazid, yaitu meninggikannya dengan karakter yang menunjukkan Bani Umayyah adalah pemimpin dan pengatur negara. Dia juga mengatakan bahwa Bani Umayyah adalah mereka yang selalu membela kebenaran dan melindungi umat Islam. Al-Farazdaq mengatakan bahwa Allah yang memilih Bani Umayyah sebagai khalifah, jika ada nabi setelah Nabi Muhammad, maka Yazid dianggap sebagai nabi berikutnya atau Khalil Allah. Puisi itu menunjukkan unsur politik membela dan memuji Kekhalifahan Bani Umayyah. Dalam puisi-puisi al-Farazdaq yang memuji Bani Umayyah terlihat jelas ada hubungan timbal balik antara penyair dan pemimpin saat itu.
Meskipun polemik terkait kondisi politik saat itu terpecah menjadi 3 kelompok, yakni pendukung Ali bin Abi Thalib, pendukung Muawiyyah dan kelompok yang tidak mendukung Ali maupun Muawiyyah yang dinamakn Khawarij, namun puisi-puisi Al-Farazdaq menunjukkan pujian untuk keturunan Bani Umayyah, termasuk Umar bin Walid, Abdul Aziz bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman bin Abdul Malik, dan masih banyak lagi. Maka secara dzahir Al-Farazdaq menunjukkan keberpihakkan terhadap penguasa politik saat itu yakni Bani Umayyah.Â
Madh Aqidah (Pujian Ideologi)Â