Mohon tunggu...
Fani Tafia
Fani Tafia Mohon Tunggu... Insinyur - Pejuang melawan kebodohan

Hanya ingin hidup dalam damai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Unsur Intrinsik Cerpen

24 Februari 2017   16:07 Diperbarui: 24 Februari 2017   16:14 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 1. Tempat        : di balik meja mahyong

 Bukti               : Seorang perempuan tua di balik meja mahyong teringat kepada sebatang lilin merah dalam wadah emas berpuluh-puluh tahun lalu.

 2. Suasana       : Sedih

Bukti               : Mata Popo berubah semakin hampa. Lalu sekejap kemudian berkaca-kaca. Dan aku seketika menyadari sesuatu, Popo memerangkap kesedihan abadi di sudut timur meja mahyongnya.

f). Sudut pandang       : orang pertama pelaku sampingan

g). Gaya Bahasa          : komunikatif

h). Amanat      :

Sebagai seorang anak hendaknya kita harus patuh kepada kedua orang tua karena semua keputusan yang diambil pasti sudah dipikirkan matang-matang. Jika kita menolak keputusan tersebut dengan mentah-mentah maka kita pasti akan mendapat dampaknya. Kalaupun keputusan itu dirasa kurang cocok dengan kita, sebaiknya dibicarakan dulu dan dicari jalan keluarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun